cerita Dewi Sri yang dianggap sebagai dewa kesuburan, dewi pertanian, dewi padi, dan dewi sawah. Di tanah Jawa terkenal dengan nama Dewi Shri sedangkan di Sunda Nyai Pohaci Sanghyang Asri.
Dewi Sri dipercaya sebagai penguasa dunia bawah tanah dan bulan. Dia dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi, mengatur kekayaan, kehidupan dan kemakmuran. Seperti panen padi yang melimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan Majapahit dan Pajajaran.
Di samping itu, dia juga mengendalikan kebalikannya, seperti kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit hingga kematian. Dewi Sri dipandang sebagai ibu kehidupan sekaligus dihubungkan dengan tanaman padi dan ular sawah.
Alkisah, Dewi Sri lahir dari sebuah telur ular ajaib bernama Antaboga. Telur indah yang tercipta dari tetesan air mata Antaboga itu merupakan mustika indah untuk persembahan ke Batara Guru, sebagai pengganti ketidakmampuannya bekerja membangun kahyangan karena tak punya tangan dan kaki.
Atas dasar perintah Batara Guru, Antaboga mengerami telur tersebut hingga menetas. Ajaibnya, lahirlah seorang bayi perempuan cantik, lucu dan menggemaskan yang kemudian diangkat menjadi anak sekaligus permaisuri oleh Batara Guru. Anak itu diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Waktu berjalan, tumbuhlah anak tersebut menjadi seorang putri jelita, baik hati, lemah lembut, halus tutur kata, luhur budi pekerti dan bahasanya, serta mampu memikat siapa saja yang melihatnya. Karena kecantikannya yang mengalahkan semua bidadari dan dewi di kahyangan, Batara Guru pun terpikat ingin mempersunting anak angkatnya itu.
Melihat gelagat Batara Guru, Dewa lainpun khawatir jika pernikahan itu terjadi. Maka dari itu untuk menjaga kesucian Dewi Sri dan keselarasan rumah tangga di kahyangan, para Dewa berencana memisahkan Batara Guru dan Dewi Sri. Mereka pun bersepakat membunuh Dewi Sri lewat racun yang dicampur di minuman sang putri.
Setelah Dewi Sri mati keracunan, para Dewa merasa bersalah, panik dan takut karena telah melakukan dosa membunuh gadis suci yang baik hati. Sesegera mungkin jenazah sang dewi dibawa turun ke bumi dan dikuburkan di tempat yang jauh dan tersembunyi.
Lenyapnya Dewi Sri membuat seluruh kahyangan bersedih, terlebih Batara Guru dan Antaboga. Namun, suatu hal menakjubkan terjadi, karena kebaikan budi dan kesucian sang dewi, dari kuburnya muncul aneka ragam tumbuhan yang berguna bagi umat manusia.
Dari semua anggota tubuhnya tumbuh berbagai tanaman bermanfaat seperti kelapa, rempah, sayuran, buah-buahan, kayu dan masih banyak lagi. Kemudian, dari pusara Sang Dewi berubah menjadi tanaman padi. Versi lain mengatakan padi berberas putih berasal dari mata kanannya sedangkan padi berberas merah dari mata kirinya.
Begitulah, pengorbanan Dewi Sri berbuah keberkahan alam, kesuburan, dan ketersediaan pangan bagi manusia. Dia pun dianggap dewi paling penting dan tertinggi bagi masyarakat agraris.
So, itu kenapa masyarakat Indonesia merasa bangga dengan nasi yang dikonsumsinya dan dari nasi juga terlihat kesuburan dataran negara yang kaya ini.