China mengelnelayan Jepang yang diduga “masuk tanpa izin” di perairan teritorialnya uh kepada Jepang awal bulan ini tentang kapal-kapal dekat sekelompok pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur, hal itu diketahui hari Minggu.
Sumber-sumber diplomatik yang akrab dengan hubungan Tiongkok-Jepang mengatakan Jepang segera menolak tuntutan China, yang dilakukan melalui saluran diplomatik, sebagai “tidak dapat diterima” karena Kepulauan Senkaku dikelola oleh Jepang.
Tidak biasa bagi Cina untuk memanggil pemerintah Jepang untuk mengelola operasi kapal penangkap ikan di perairan sekitar pulau-pulau yang dihuni, yang oleh pihak Cina disebut Diaoyu.
Langkah ini tampaknya ditujukan untuk melemahkan kontrol efektif Jepang atas pulau-pulau dan memperkuat klaim kedaulatan China.
Sumber-sumber itu mengatakan China juga menuntut pembatalan resolusi yang disahkan oleh majelis kota Ishigaki pada 22 Juni untuk mengubah nama wilayah Jepang selatan yang berisi Kepulauan Senkaku dari “Tonoshiro” menjadi “Tonoshiro Senkaku,” yang dilihat Beijing sebagai upaya untuk memperkuat klaim Tokyo.
Jepang dikatakan telah menanggapi bahwa keputusan majelis lokal tidak dapat diubah karena wilayah tersebut berada di bawah kewenangan administratifnya.
Kota di Prefektur Okinawa mengatakan bahwa penggantian nama mulai berlaku pada 1 Oktober, yang pasti akan menimbulkan kontroversi karena tanggal tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Nasional Republik Rakyat Tiongkok.
Cina bereaksi terhadap langkah majelis Ishigaki dengan memberikan serangkaian nama pada zona dasar laut di Laut Cina Timur termasuk yang terkait dengan Kepulauan Senkaku, yang menyebabkan Jepang memprotes
Baru-baru ini, kegiatan kapal resmi Tiongkok di perairan sekitar pulau yang disengketakan telah meningkat, menyebabkan Jepang meningkatkan kewaspadaannya atas apa yang tampaknya merupakan upaya Cina untuk mengubah status quo.
Kapal-kapal Cina tampaknya melacak pergerakan kapal-kapal nelayan Jepang di daerah itu.
Pada 4 Juli, dua kapal Penjaga Pantai Tiongkok masuk ke perairan Jepang selama 39 jam dan 23 menit, periode terpanjang sejak pulau-pulau itu ditempatkan di bawah kendali negara Jepang pada September 2012.
Enam hari kemudian, Tokyo memprotes ke Beijing atas kegiatan penelitian kelautan oleh kapal Cina di apa yang Jepang anggap sebagai zona ekonomi eksklusif dekat Pulau Okinawa, titik paling selatan negara itu.
Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying menanggapi pada hari Jumat bahwa “klaim sepihak Jepang (kepada ZEE di sekitar Okinawa) tidak memiliki dasar hukum” karena tidak membentuk sebuah pulau, hanya bebatuan.