Home Budaya INDONESIA Buku Cerita Porno Dewasa Asal Indonesia Tahun 80 – 90an Yang Terkenal

Buku Cerita Porno Dewasa Asal Indonesia Tahun 80 – 90an Yang Terkenal

1257
0

Remaja tahun 80an sampai awal 90an di Indonesia sepertinya akrab dengan nama Enny Arrow. Karyanya menemani hari-hari para remaja pria, menemaninya saat mereka berada di ruang tertutup sambil membiarkan angan liar mereka melayang sebebas-bebasnya. Sebuah kesendirian yang akan berakhir pada lenguhan penuh kenikmatan. Dan itu alasan kenapa lembar-lembar buku Enny Arrow sering ditemukan melengket antar halamannya.

Karya Enny Arrow sangat terkenal, menjadi legenda, dibahas di tempat sepi, diedarkan di luar cahaya yang terang. Tapi, semua orang bertanya-tanya: siapa Enny Arrow ini? Siapa dia sebenarnya?

Misteri ini baru terpecahkan justru jauh setelah dia meninggal.

Saya kutip dari laman Medium:

Nama sesungguhnya, Enny Sukaesih Probowidagdo, lahir di Hambalang, Bogor 1924. Karirnya dimulai sebagai wartawan pada masa pendudukan Jepang. Belajar stenografi di Yamataka Agency, kemudian direkrut menjadi salah satu propagandis Heiho dan Keibodan. Pada masa Revolusi Kemerdekaan, Enny Arrow bekerja sebagai wartawan Republikein yang mengamati jalannya pertempuran seputar wilayah Bekasi.

Pada 1965, Enny Sukaesih menulis karangan dengan judul “Sendja Merah di Pelabuhan Djakarta”. Ini karya pertama ia mengenalkan nama samaran sebagai Enny Arrow. Kata arrow ia dapatkan sesuai dengan nama toko penjahit di dekat Kalimalang. Di toko penjahit “Arrow” itulah Enny Sukaesih pernah bekerja sebagai penjahit pakaian.

Setelah Peristiwa 30 September 1965, suasana politik tidak menentu, Enny Arrow berkelana ke Filipina, Hong Kong, dan kemudian mendarat di Seattle Amerika Serikat, pada bulan April 1967.
Disitulah Enny belajar penulisan kreatif bergaya Steinbeck. Ia mulai mencoba menulis dan mengirimkan beberapa karyanya ke koran-koran terkenal Amerika Serikat. Salah satu karyanya novel dengan judul “Mirror Mirror”.

Tahun 1974, Enny Arrow kembali ke Jakarta, dan bekerja di salah satu perusahaan asing, sebagai copy writer atas kontrak-kontrakĀ¬ bisnis. Semasa kerjanya itulah, Enny rajin menulis novel. Sangat produktif. Salah satunya, “Kisah Tante Sonya”, cukup populer, mampu mengalahkan popularitas “Ali Topan Anak Jalanan” Teguh Esha yang hit pada waktu itu. Pada dekade 1980-an, nama Enny Arrow mendapat sambutan luar biasa. Motingo Boesje pun lewat.

Hingga pada kematiannya (1995), tak satupun orang Indonesia tahu siapa dirinya. Warisan semangatnya sebagai penulis, dia menolak bukunya dijual di toko-toko buku besar. Untuk masa kini, sikap kepenulisannya itu nampol banget, untuk toko buku yang mengambil 50% dari harga jual buku.
Enny Arrow bukan saja penulis yang berkibar karena karya-karyanya yang penuh desah. Tapi ia juga penantang karya-karya sastra yang berpihak pada kaum pemodal, waktu itu.

~~~

source: saifuul daeng ipul