Sumpah Pocong. Sumpah Sakral Yang Bukan Untuk Mainan
Mungkin kita sudah seringkali mendengar tentang sumpah pocong. Sering pula kita mendengar berita dua pihak berseteru dan masing masing menantang untuk melakukan sumpah pocong.
Pocong sendiri merupakan hantu khas indonesia yang ciri khasnya adalah sekujur tubuhnya dibungkus kain kafan dan bergerak dengan melompat lompat.
Namun orang hidup pun bisa menjadi pocong. Sumpah pocong biasanya dilakukan apabila ada 2 pihak yang berseteru dan permasalahannya tidak dapat diselesaikan dengan cara baik baik. Pengakuan dalam ritual sumpah ini pun dianggap sangat sakral karna ganjarannya amatlah berat bila sampai berbohong.
Sumpah pocong ini sebenarnya tidaklah ada tata caranya dalam al-quran dn nyaris tak ada literatur apapun yang membahas ini. Sebagian besar pengetahuan mengenai ritual ini diturunkan melalui mulut ke mulut dari orang orang tua terutama di daerah jawa yang rasa keislaman tradisional nya masih kental.
Konon dikatakan ganjaran apabila berbohong disaat sumpah akan amat berat karna sunpah ini merupakan pengakuan langsung kepada Allah. Karena hal inilah sumpah ini dianggap sakral dan bukan untuk main main.
Meski demikian jaman sudah semakin maju. Hal hal yang dianggap keramat dulunya sekarang hanya dianggap sebagai guyonan semata dan sumpah pocong pun sudah banyak dipermainkan.
Terlepas dari apakah sumpah pocong ini benar adanya atau tidak namun sesuatu yang memiliki bau bau keramat dan ‘pantang’ seharusnya tidak boleh dijadikan main main. Meski demikian kita sering kali mendengar tentang orang yang menggunakan sumpah pocong sebagai senjata.
Contohnya A dan B yang merupakan saingan politik saling bersiteru. Keduanya saling merasa kalau mereka lah yang benar dan saat ada pihak yang merasa akan kalah dia akan menantang lawannya untuk sumpah pocong. Entah itu ancaman atau memang serius namun dia menggunakan hal tersebut demi kepentingannya sendiri.
Sumpah pocong Itu sama seperti politikus yang selalu membawa bawa agama dalam pidatonya atau youtuber yang menggoreng jenglot dengan tepung. Mereka memperlakukan sesuatu yang sakral dan ‘pantang’ layaknya mainan seolah olah hal tersebut tak ada harga dirinya lagi.
Sedikit sedikit sumpah pocong, masalah sedikit sumpah pocong. Sesungguhnya sumpah pocong hanya bisa dilakukan saat berbicara secara damai tak lagi bisa menyelesaikan masalah, bukan sebagai senjata untuk menakut nakuti lawan.
Sesuatu disebut pantang atau sakral pastilah ada sebabnya dan sesuatu yang sudah mengakar kuat di masyarakat bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan lelucon. Kita tau pasti akan ada karma atau azab bagi mereka yang melanggarnya jadi jangan pernah bermain main dengan adat istiadat. Kalau memang tidak percaya maka tidak perlu lakukan, jangan jadikan itu sebagai lawakan.