Sebuah survei oleh perusahaan riset swasta menemukan bahwa tercatat rekor jumlah perusahaan Jepang yang jatuh bangkrut tahun lalu akibat kekurangan tenaga kerja.
Tokyo Shoko Research mengatakan 426 perusahaan menyatakan bangkrut pada tahun 2019 karena tidak mendapatkan orang yang cukup. Angka ini naik sekitar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan yang tertinggi sejak 2013, saat data itu tersedia pertama kalinya.
Berdasarkan survei itu, 270 perusahaan, atau lebih dari 60 persen, tutup karena kepalanya pensiun dan tidak dapat menemukan penerus.
Hampir 80 perusahaan tidak dapat mempekerjakan cukup karyawan, bahkan setelah memasang iklan lowongan. Lebih dari 40 perusahaan tidak dapat menemukan pengganti bagi karyawan yang pensiun atau pindah kerja. Dan lebih dari 30 tidak sanggup menghadapi kenaikan biaya tenaga kerja.
Masalah ini khususnya parah dalam sektor konstruksi dan jasa. Sektor-sektor ini merupakan separuh dari seluruh kebangkrutan akibat kekurangan tenaga kerja.
source: NHK