Saya sudah pernah beberapa kali bertemu atau berkenalan dengan orang Yahudi saat traveling keluar negeri, baik yang warga Israel, yang warga Rusia, atau yang warga negara Eropa lainnya. Tidak ada yang spesial, sama saja seperti manusia lainnya, ada yang baik dan ramah, ada juga yang cuek dan tidak peduli, bahkan ada yang kurang ramah.

Tapi kali ini kasusnya jelas berbeda. Karena saya bertemu orang Yahudi justru di Indonesia, tepatnya di Bandara Soekarno Hatta, akhir tahun 2019 yang lalu. Saat itu saya baru saja akan masuk ke terminal keberangkatan 1B, pas ikut antrian pemeriksaan, tepat selang beberapa orang di depan saya terlihat seorang yang sangat mencolok penampilannya. Pakaian, topi, gaya rambut, dan jenggotnya sangat khas Yahudi.

Selesai check in, saya langsung masuk ke ruang tunggu di lantai atas. Ternyata kita berada di ruang tunggu yang sama. Saat itu saya lihat orang tersebut tengah menjalankan ibadahnya. Berdiri menghadap kaca pemisah ruangan dan terlihat beberapa kali menganggukan kepalanya. Walaupun ruang tunggu saat itu sangat ramai, tidak ada calon penumpang lain yang memperhatikan beliau, kecuali saya sendiri?

Saat boarding, ternyata kita malah satu tujuan? sama-sama antri masuk pesawat, bahkan beliau duduk persis dibelakang saya. Setelah mendarat dan menunggu bagasi, saya sempatkan menghampirinya. Setelah sedikit basa-basi, saya beranikan untuk menanyakan apakah benar beliau beragama Yahudi, dan apakah tadi beliau memang sedang beribah di ruang tunggu bandara.

Dan memang benar perkiraan saya sebelumnya, beliau memang beragama Yahudi. Kata beliau, mereka (orang yang beragama Yahudi) diwajibkan beribadah 3 kali dalam sehari pada waktu-waktu tertentu. Karena merasa tidak menemukan ruangan khusus yang bisa dijadikan tempat beribadah, jadi langsung saja beribadah di ruang tunggu bandara.

Tambahan info, ternyata beliau adalah warga negara UK yang bekerja sebagai konsultan di salah satu perusahaan asing (milik Amerika) di Indonesia. Walaupun ini bukanlah kunjungan pertama kalinya ke Indonesia, saya cukup salut melihatnya sama sekali tidak berusaha untuk menutupi identitasnya sebagai orang yahudi selama di Indonesia. Mungkin beliau juga menyadari bahwa pada dasarnya orang Indonesia secara umum tetap ramah kepada kepada siapa saja, termasuk yang beragama Yahudi