Aliran berita tentang terorisme telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari selama beberapa minggu terakhir. Tidak dapat dihindari karena minimnya sensor terhadap berita tv umum. Siaran berita tv dan internet memang kita perlukan untuk tetap waspada dan mengambil tindakan pencegahan, tetapi paparan terhadap kekerasan dan teror dapat berbahaya bagi pikiran anak muda.

Menurut psychcentral.com, anak-anak remaja, terutama yang berusia di bawah 15 tahun, adalah yang paling rentan terhadap paparan semacam ini. Mereka tidak bisa mengerti dan menjadi takut. Anita Gadhia-Smith, pekerja sosial / terapis klinis yang juga penulis From Adiction to Recovery, berbagi beberapa kiat sebagai berikut:

  1. Batasi waktu menonton TV maupun menonton youtube mereka.
  2. Mendorong dialog di mana mereka merasa nyaman mengekspresikan perasaan mereka dan memberi tahu Anda apa yang mereka lihat dan apa yang teman-teman mereka bicarakan.
  3. Yakinkan mereka bahwa Anda adalah seseorang yang dapat mereka ajak bicara ketika mereka takut, dan bahwa mereka dapat berbicara dengan orang lain yang mereka percayai.
  4. Beri mereka ruang untuk membangun kepercayaan yang lebih besar dalam diri mereka daripada rasa takut. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pelajaran ekstra bahasa asing yang menyenangkan dan bermanfaat.
  5. Bantu mereka untuk memiliki keyakinan sehingga mereka mengerti bahwa ada sesuatu yang besar dalam tanggung jawab kita. Bukan hanya orang dewasa yang bertanggung jawab.
  6. Membuang jauh-jauh ajaran kekerasan seperti beladiri kasar dan ajaran pertarungan fisik untuk melukai.
  7. Berikan kesempatan bagi mereka untuk bermain olahraga team maupun olahraga otak dan bakat seni sesuai hobinya

American Psychological Association sebagaimana dikutip oleh nytimes.com juga merekomendasikan untuk bertanya kepada anak-anak bagaimana perasaan mereka tentang berita kekerasan dan teroris.

Anne Marie Albano, seorang psikolog klinis dan direktur Klinik Universitas Columbia untuk Kecemasan dan Gangguan Terkait, mengatakan bahwa teroris ingin melihat populasi mengubah praktik mereka. Mereka berharap bahwa kita akan dipaksa untuk mengubah cara kita.

Dr Albano melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika kita pergi keluar dari cara kita untuk menghindari berinteraksi dengan orang asing, untuk menolak mengambil transportasi massal, itu bisa memicu rasa takut dan kecemasan pada anak-anak.

Sean Rogers, seorang psikoterapis yang bekerja dengan anak-anak dan remaja juga menekankan pentingnya mendengarkan anak-anak. Dia mengatakan bahwa mendengarkan ekspresi pendapat dan perasaan anak merupakan dasar dari semua terapi dan proses pendidikan karakter anak tersebut yang juga tanggungjawab semua orangtua.


Sumber:

google