Apa sebenarnya yang menyebabkan kemunculan partai Nazi dan kaum ultranasionalis di Jerman pada masa perang dunia kedua?. Apa sih yang menyebabkan Nazi membenci orang yahudi?. Era pemerintahan Nazi memang diakui bertangungjawab pada peristiwa Holocaust atau pembantaian massal kaum Yahudi di Eropa barat. Fakta sejarah ini sebenarnya juga menjadi tanggungjawab orang Jerman yang hingga saat ini masih membayar angsuran denda ganti rugi atas peristiwa tragedi perang dunia ke dua tersebut.
Perantau Yahudi di Eropa sebenarnya sudah mendirikan komunitas Yahudi Ashkenazi di Awal (abad ke 5 hingga 10) dan Abad Pertengahan Tinggi (sekitar 1000–1299 Masehi). Pada masa akhir hancurnya kerajaan Romawi, komunitas orang Yahudi ini semakin makmur pada saat Raja Charlemagne yang berusaha mempertahankan kerajaan negara Romawi moderen dengan berlandaskan agama Katholik.
Raja Charlemagne juga disebut “Bapak orang Eropa” (Pater Europae), karena ia menyatukan sebagian besar Eropa Barat yang beragam suku bangsa & bahasa untuk pertama kalinya sejak era klasik Kekaisaran Romawi. Orang Yahudi pun mampu mempelajari budaya Dan bahasa orang Europa Yang beragam tersebut dan membangun jaringan dagang disetiap negara provinsi yang bersatu di bawah pemerintahan bangsa Frank. Bangsa Frank inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal orang Perancis, Swiss, Belgia, Austria dan Jerman barat Saxony-Bavaria.
Komunitas Yahudi tersebar di kota-kota Jerman seperti Mainz, Speyer, dan Worms menjadi pusat kehidupan Yahudi selama Abad Pertengahan. Garis keturunan Yahudi juga diturunkan dari garis ibunya, sedangkan orang Eropa kebanyakan dari garis bapaknya. Sehingga Karena asimilasi Dan perkawinan campur, Ada banyak orang Yahudi Yang memiliki Marga seperti orang Eropa kebanyakan. “Ini adalah zaman keemasan ketika para uskup atau imam orang Kristen di setiap daerah melindungi orang Yahudi yang sukses meningkatan perdagangan dan kemakmuran antar kota lintas bahasa dan kerajaan di Eropa.
Namun saat Perang Salib Pertama mulai, era penganiayaan orang Yahudi di Jerman pun terjadi. Bagi orang Eropa Jerman masa itu, penampilan fisik orang Yahudi tidak ada bedanya dengan orang timur tengah lainnya dan kaum Yahudi memang menguasai sebagian besar sektor ekonomi Eropa. Benua Eropa yang sepenuhnya daratan, memudahkan perpindahan manusia lebih cepat.
Sampai masa Rennaisance, orang Yahudi menguasai kegiatan ekonomi di Eropa dengan cara perdagangan dan jasa. Orang Yahudi kemudian menderita tekanan dari bangsa Eropa Kristen yang pada saat itu sangat fanatik selama era Perang Salib. Orang Yahudi yang sebagian besar pedagang seringkali dituduh meracuni sumur serta dianggap membawa wabah penyakit pes atau Black Death (1346–53) menyebabkan pembantaian massal terhadap orang Yahudi Jerman, dan mereka melarikan diri dalam jumlah besar ke Polandia.
Akhir abad ke-15 adalah periode kebencian orang Eropa Katholik pada orang Yahudi. Kekejaman selama Pemberontakan Khmelnytsky yang dilakukan oleh Khmelnytskyi Cossack (1648, di bagian Ukraina Polandia tenggara) mendorong orang Yahudi Polandia kembali mengungsi ke Jerman barat.
Peristiwa kalahnya Napoleon, sang kaisar Perancis ini juga menghasilkan peningkatan gesekan sosial antar suku bangsa di Eropa. Dari Agustus hingga Oktober 1819, yang kemudian dikenal sebagai kerusuhan Hep-Hep terjadi di seluruh Jerman. Selama waktu ini, banyak pribumi Jerman merampas barang dan hak sipil orang Yahudi Akibatnya, banyak orang Yahudi Jerman mulai beremigrasi.
Di abad ke 18 orang Jerman waktu itu masih berbentuk kerajaan dan menjadi negara beragama mayoritas Kristen Protestant, sedangkan Austria walaupun berbahasa dan budaya yang sama, menjadi negara beragama Katholik.
Perlu juga kita ketahui pada masa itu kehidupan di Eropa Barat sangatlah sulit akibat penyakit mewabah, konflik antar Raja dan bobroknya ekonomi. Melihat kemakmuran orang Yahudi, kaum pribumi pribumi Eropa pun memunculkan isu kecemburuan sosial yang diakibatkan oleh rendahnya pendidikan orang Eropa waktu itu dan konflik agama, ekonomi serta politik kerajaan di Eropa yang korup.
Sejak zaman Musa Mendelssohn hingga abad ke-20, masyarakat Yahudi secara bertahap mencapai emansipasi, dan kemudian makmur. Pada bulan Januari 1933, sekitar 522.000 orang Yahudi tinggal di Jerman. Namun, setelah pertumbuhan Nazisme dan ideologi dan kebijakan antisemitnya, komunitas Yahudi dianiaya kembali. Lebih dari setengah (sekitar 304.000) beremigrasi selama enam tahun pertama kediktatoran Nazi. Pada tahun 1933, pengusiran dan pendataan terhadap orang Yahudi menjadi kebijakan Nazi yang aktif. Pada 1935 dan 1936, laju penganiayaan orang Yahudi meningkat.
Pada tahun 1936, orang Yahudi dilarang dari semua pekerjaan profesional, secara efektif mencegah mereka berpartisipasi dalam pendidikan, politik, pendidikan tinggi, dan industri. SS memerintahkan Night of Broken Glass (Kristallnacht) untuk dilakukan pada malam 9-10 November 1938. Toko-toko toko dan kantor Yahudi dihancurkan dan dirusak, dan banyak rumah ibadah orang Yahudi yaitu sinagoga dibakar. Meningkatnya antisemitisme mendorong gelombang emigrasi massal Yahudi dari Jerman sepanjang tahun 1930-an. Hanya kira-kira 214.000 orang Yahudi yang tersisa di Jerman (1937 perbatasan) pada malam Perang Dunia II.
Dimulai pada akhir 1941, komunitas yang tersisa menjadi sasaran deportasi sistematis ke ghetto, dan akhirnya, ke kamp-kamp kematian di Eropa Timur. Pada bulan Mei 1943, Jerman dinyatakan sebagai judenrein (bersih dari orang Yahudi; juga judenfrei: bebas dari orang Yahudi). Pada akhir perang, sekitar 160.000 hingga 180.000 orang Yahudi Jerman telah terbunuh di bawah rezim Nazi, oleh Jerman dan kolaborator mereka. Sebanyak 6 juta orang Yahudi Eropa dibunuh di bawah arahan Nazi, dalam genosida yang kemudian dikenal sebagai Holocaust.
Setelah perang, komunitas Yahudi di Jerman mulai tumbuh perlahan lagi. Mulai sekitar tahun 1990, dorongan pertumbuhan dipicu oleh imigrasi dari bekas Uni Soviet, sehingga pada pergantian abad ke-21, Jerman memiliki satu-satunya komunitas Yahudi yang berkembang di Eropa, dan mayoritas orang Yahudi Jerman merupakan perantau asal Rusia. Pada tahun 2014, populasi Yahudi di Jerman telah mencapai 118.000, tidak termasuk anggota rumah tangga non-Yahudi; jumlah penduduk Yahudi yang diperkirakan ‘bertumbuh’ berasal dan tinggal di Jerman, termasuk anggota rumah tangga non-Yahudi, mendekati 250.000.
Saat ini jika ada individu dikalangan masyarakat Jerman yang secara terbuka menolak peristiwa Holocaust, atau peristiwa tragedi perang dunia kedua dengan korban jiwa enam juta orang Yahudi dibunuh maka individu tersebut bisa dihukum hingga lima tahun penjara. Terlepas dari langkah-langkah Jerman terhadap kelompok-kelompok ini dan anti-Semit, sejumlah insiden telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Sumber: