Rumah gadang memiliki peranan penting dalam adat dan budaya suku Minangkabau. Selain tempat tinggal, rumah Gadang juga berfungsi sebagai berbagai aktivitas yang dimiliki masyarakat Minang, termasuk upacara adat. Rumah adat Minangkabau atau biasa disebut rumah gadang menjadi salah satu identitas kebudayaan masyarakat Minang.

Sebagai rumah adat Minangkabau, rumah gadang tidak terlepas dari sejarah yang dimilikinya. Tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah adat ini juga berfungsi sebagai berbagai aktivitas lainnya yang dimiliki masyarakat Minang. Untuk itu, setiap bagian dari rumah adat Minangkabau memiliki arti filosofis tersendiri.

  • Sejarah dan Filosofi

Rumah Adat Minangkabau tentu sangat identik dengan falsafah alam membuat suku Minangkabau membuat rumah adat dengan bentuk yang serasi dengan alam. Garis-garis yang terdapat pada rumah adat Minangkabau ini secara fungsional menggambarkan kesesuaian dengan alam Sumatera Barat.

Dengan bentuk atap rumah yang lancip dan melengkung, bagian ini juga dapat mempermudah air hujan saat jatuh dari atap. Bagian tersebut akan mengalirkan air ke bawah dan menghilangkan air yang mengendap pada bagian atap.

  • Rumah Gadang juga memiliki nilai estetika yang tinggi.

Kamu akan melihat perpaduan keserasian dan keseimbangan di dalam bentuk rumah adat ini. Rumah adat Minangkabau ini dibangun dalam bentuk sejajar arah mata angin. Hal itu bertujuan untuk menjaga rumah dari terpaan angin yang kencang dan sengatan sinar matahari.

Jika dilihat secara filosofis, rumah gadang memiliki banyak fungsi bagi kehidupan masyarakat Minangkabau meski ukurannya tak besar. Bagi masyarakat Minangkabau, rumah gadang dapat melingkupi segala keperluan sehari-hari. Mulai dari tempat tinggal hingga tempat untuk melaksanakan berbagai upacara adat.

Adapun Beberapa Keunikan khas Rumah Gadang minangkabau yang perlu kita ketahui sebagai berikut:

  • Atap Rumah

Atap rumah tradisional orang Minangkabau ini terbuat dari ijuk. Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas sering disebut dengan kata gonjong. Orang-orang asli Padang biasa menyebutnya rumah Bagonjong. Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk mencapai Tuhan. Sementara itu, dinding rumah ini dibuat secara tradisional dari potongan anyaman bambu.

Hal itu melambangkan kekuatan dan utilitas dari masyarakat Minangkabau yang terbentuk tiap individu menjadi bagian masyarakat.

  • Pilar Rumah dan Lanjar

Rumah gadang juga memiliki pilar-pilar yang warna-warni. Pilar-pilar pada rumah gadang disusun dalam lima baris yang berjejeran di sepanjang rumah. Baris-baris ini merancang bagian pada interior menjadi empat ruang yang panjang, atau disebut lanjar. Area lanjar bagian belakang dikhususkan sebagai kamar tidur.

Sedangkan lanjar lain dapat digunakan sebagai area umum atau disebut juga dengan labuah gajah, yang digunakan untuk upacara-upacara tertentu. Pilar-pilar ini digunakan sebagai background calon pasangan yang akan menikah di malam bainai. Malam bainai ini adalah malam terakhir bagi calon pengantin wanita Minangkabau merasakan kebebasan sebagai wanita lajang.

  • Dekorasi Ukiran

Tembok bagian depan rumah adat memiliki ukiran yang unik serta disusun secara vertikal. Sementara bagian belakangnya dilapisi dengan bambu.

Motif ukiran yang sering digunakan adalah daun, bunga, buah, dan tumbuhan lainnya. Ukiran yang ada dibuat bukan karena asal-asalan justru berdasarkan adat basandi syarak yang memiliki tiga filosofi, yaitu:

– Ukue Jo Jangka, yang bermakna mengukur menggunakan jangka. – Alue Jo Patuik, yang bermakna memperhatikan alur dan kepatutan. – Raso Jo Pariso, memiliki makna mengandalkan rasa dan memeriksa atas rujukan bentuk-bentuk geometris.

Semua motif ukiran ini berasal dari keindahan alam dan lingkungan. Baik berupa tanaman, peralatan kehidupan sehari-hari, hingga nama-nama hewan.

  • Rumah Anti Gempa

Rumah adat Minangkabau juga dibangun dengan menyesuaikan lingkungan alamnya yang rawan gempa.

Rumah gadang dibangun dengan tiang-tiang panjang yang menjulang ke atas yang tahan terhadap guncangan.

Sementara, kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah.

  • Tiang dari Pohon Juha

Rumah adat Sumatera ini memiliki tiang utama yang berjumlah empat yang berasal dari pohon juha. Tiang-tiang tersebut umumnya memiliki diameter 40 cm hingga 60 cm. Sebelum digunakan untuk tiang rumah, pohon juha direndam di dalam kolam selama bertahun-tahun. Hal itu bertujuan untuk menghasilkan tiang yang kuat dan kokoh. Rumah gadang juga tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi menggunakan pasak sebagai sambungan.

Hal ini membuat bangunan memiliki sifat yang sangat lentur.

  • Tangga di Pintu Masuk

Pada setiap rumah gadang, hanya terdapat satu tangga di setiap rumah. Tangga tersebut terletak di setiap pintu depan. Satu tangga ini mempunyai makna yang berkaitan erat dengan agama Islam yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Makna dibalik tangga yang hanya satu itu adalah percaya pada Tuhan yang Maha Esa.

  • Bentuk Bangunan

Hunian dari suku Minangkabau ini sengaja dibangun tinggi atau memiliki panggung. Hal itu berfungsi agar rumah terhindar dari hewan liar.

  • Jumlah Ruangan

Keunikan lainnya darirumah gadang terletak pada jumlah ruangan yang dibuat sesuai dengan jumlah anak gadis di dalam satu keluarga. Khusus anak perempuan yang telah menikah, maka akan diberikan kamar terpisah untuk dihuni bersama suaminya. Sementara, anak-anak perempuan yang masih gadis diharuskan tinggal bersama di dalam satu kamar. Itulah sejarah dan keunikan rumah adat Minangkabau yang berada di Sumatera Barat.