Pernahkah kamu mendengar istilah “perempuan tugasnya hanya di dapur, sumur,dan kasur”? Itulah doktrin yang kerap kali dilontarkan oleh orang-orang yang memegang budaya patriarki sekaligus menjadi salah satu titik lemah budaya ini.
Menurut Wikipedia Patriarki sendiri adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.Dalam domain keluarga, sosok yang disebut ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda.
Nilai luhur yang ingin diutarakan oleh budaya ini sesungguhnya adalah bagaimana peran pria sebagai makhluk yang diberi anugrah kekuatan fisik yang lebih dari wanita agar dapat melindungi dan memimpin demi kehidupan yang lebih baik.tapi pada prakteknya kesalahpahaman dan penyalahgunaan kerap kali menimbulkan kerugian yang lebih banyak diderita kaum wanita, antara lain :
- Perempuan adalah trofi
Saat penulis memasuki masa remaja dan SMA ,di lingkungan pergaulan kami yang akan dipandang hebat adalah laki-laki yang memiliki banyak pacar atau mantan pacar.
Inilah salah satu kelemahan budaya Patriarki.perempuan seolah menjadi trofi yang diperebutkan.semakin banyak sang lelaki memacari atau meniduri perempuan semakin tinggi dan hebat pula status sosialnya di mata laki-laki lain khususnya di lingkar pergaulannya.
Inilah yang membuat laki-laki berlomba-lomba untuk mencari pacar dan meningkatkan angka freesex. mereka akan merasa sangat terhina jika memasuki usia remaja tetapi belum melepas keperjakaannya. Inilah awal mula status Jomblo menjadi bahan bullyan baik di dunia nyata maupun medsos.
Sedangkan bagi perempuan yang maaf banyak ditiduri laki-laki akan dipandang rendah di masyarakat Indonesia khususnya.
- Perempuan adalah pelayan
Memang tindakan melayani laki-laki apalagi untuk suami adalah hal yang mulia dilakukan bagi perempuan.
Tapi yang ingin penulis kritisi disini adalah tindakan pelayanan yang terkesan mengexploitasi statusnya sebagai perempuan.
Sebagai perempuan di tengah budaya patriarki perempuan diwajibkan selalu berpenampilan cantik,terawat,langsing,ramah dan segala sesuatu yang memuaskan visual dan perasaaan kaum laki-laki agar merasa dilayani dengan baik.
Tapi jika laki-laki yang berpenampilan kurang baik,berperut buncit,tidak merawat wajah,berpakaian sembarangan adalah sesuatu yang wajar sebagai seorang yang harus dilayani.
- KDRT
Mindset orang Indonesia pada umumnya ketika wanita sudah dipinang oleh pria,wanita tersebut adalah milik pria itu seutuhnya tak peduli salah benarnya.
Tak jarang ini yang menimbulkan rasa superior kaum pria untuk berhak mengeksploitasi fisik wanita tersebut dan menjadikan kekerasan adalah sesuatu yang wajar.
Mungkin beberapa tahun belakangan seiring makin digalakkannya kesetaraaan gender para perempuan sudah berani melaporkan tindakan KDRT ke pihak berwajib dan memenjarakan pelaku KDRT.
Tapi jika kembali ke 20–30 tahun lalu para kaum perempuan akan lebih memilih dipukul oleh suaminya daripada diancam akan dipulangkan ke orangtuanya.
- Usia pernikahan
Menurut undang-undang (sebelum direvisi) usia diperbolehkan untuk menikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan untuk perempuan adalah 16 tahun. Keputusan ini pun tidak lepas dari budaya patriarki.
Wanita yang dianggap hanya akan mengikuti suami sudah dilegalkan menikah dalam usia yang masih relatif anak-anak yang bahkan belum mengerti apa itu cinta sejati dan cinta monyet.
- Beban laki-laki
Bukan hanya kaum perempuan yang merasakan beberapa kelemahan dari budaya ini.laki-laki pun tak luput dari tekanan sosial jika nilai-nilai budaya ini tidak dijalankan dengan baik.
Pria sebagai pemimipin di Budaya Patriarki digambarkan sebagai sosok Superior dari segala sisi baik fisik, psikis, financial maupun kewibawaan.
Ini yang menyebabkan laki-laki yang berpenghasilan lebih kecil daripada istri, kurang tegas dan kurang bisa mengerjakan pekerjaan yang kasar akan dipandang rendah dan menjadi bahan pergunjingan di lingkungan sosialnya.
Memang budaya ini tak bisa lepas dari budaya Indonesia yang diyakini oleh banyak kelompok-kelompok masyarakat yang menjalankan nilai-nilai budaya ini dengan penuh tanggung jawab.
Kami hanya memberitahukan beberapa fenomena sosial yang masih ada di negara kita ini. Semoga bermanfaat menambah wawasan anda.