Home Budaya JEPANG Apa Rasanya Menjadi Penghuni Apartement di Jepang?

Apa Rasanya Menjadi Penghuni Apartement di Jepang?

0
387

Tinggal di apartemen adalah hal yang lumrah di Jepang. Untuk tipenya ada Mansion, Apato, dan Ryou. Mansion itu yang gedungnya bagus (biasanya baru), kemudian ada apato yang bentuknya mirip rusunawa atau rumah tingkat biasa kalau di Tokyo (semacam ada template bangunannya), kemudian untuk Ryou lebih ke asrama yang punya common room dan dapur plus kamar mandinya juga umum.

Saya tahu apartemen dari internet dan baru pernah mampir apartemen teman saat ada acara di Jakarta. Saat saya akan berangkat ke Jepang, saya mulai mencari alternatif tempat tinggal karena saya agak bingung dengan tipe-tipe kota besar, biasanya ngekos dan sekitaran kos sudah banyak pedagang makanan dan toko kelontong plus kemana-mana bawa motor. Saat saya mulai mencari, akhirnya ketemu tiga pilihan yang saya sebutkan, karena saya ingin hidup sendiri tanpa gangguan, akhirnya saya memilih tinggal di apartemen. Dalam mencari apartemen pun, sebagai mahasiswa cukup mudah. Di kampus saya, Waseda University, ada fudosan atau agen properti yang bertugas untuk membantu mahasiswa mencari apartemen yang cocok. Kita tinggal bilang mau tipe yang mana, range harga berapa, serta mau jarak berapa kilometer dari kampus dan stasiun terdekat.

Kebanyakan mahasiswa yang tinggal sendiri akan memilih kamar dengan tipe 1R atau 1K. Tipe 1R artinya apartemen tersebut memiliki area dapur yang jadi satu dengan area tidur kita. Untuk tipe 1K adalah tipe yang memisahkan antara area dapur dan kamar tidur. Saya memilih tipe 1K karena saya tidak ingin baju saya bau minyak saat saya memasak. Untuk sewanya sendiri rata-rata 2 tahun dan bisa diperpanjang. Kita akan diberikan dokumen kontrak oleh agen yang berisi klausul dari si pemilik apartemen. Yang paling umum adalah uang pangkal, uang penggantian kunci (opsional), serta bersedia melakukan perbaikan jika ditemukan kerusakan saat kita akan pindah. Untuk tinggalnya sendiri saya merasa sama dengan di kosan, bedanya kita jarang bertegur sapa dengan tetangga kamar. Saya pun hanya kenal satu orang tetangga sebelah saya yang merupakan junior animator dari China. Selebihnya saya berinteraksi dengan para tetangga yang sering main di taman.


Penulis: Gede Resnadiasa


NO COMMENTS