Didalam KBBI, kata ‘bucin’ ini tidak ada artinya atau memang tidak terdaftar. Ini merupakan bahasa prokem (jargon) atau bahas gaul yang diciptakan oleh anak-anak muda. Kata ini diucapkan dengan tujuan seperti mengejek karena begitu kesal dengan kelakuan mereka yang berpasangan atau bisa saja karena cemburu ya kalau menurut admin.
Banyak yang beranggapan kalau ‘bucin’ itu tidak baik, tetapi ada juga yang beranggapan sebaliknya. Setiap orang pasti pernah mengalamin ‘bucin’, termasuk admin hehe.. Sebelum kamu memberi penilaian mengenai baik atau buruknya bucin, kamu harus mengetahui dahulu ciri-ciri seseorang dianggap ‘bucin’.
1.Punya Pasangan (Pacar/Gebetan)
Inilah alah satu ciri yang memang pasti keliatan. Kalau dia Nggak punya pasangan mau ‘bucin’ ke siapa? Pohon? Biasanya mereka akan sering antar jemput, terus selalu ngabarin mau pergi kemanapun, traktir pasangannya, dan masih banyak lagi. Mempunyai pacar/gebetan tidak selalu bucin kok, namun yang bucin sudah pasti punya pacar.
2.Susah diajak Nongkrong
Nah, ini fase dimana yang pasti paling ngerasain temen-temen dekatnya atau temen tongkrongannya. Saat para diajak keluar sama temen, pasti dia tidak mempunyai waktu karena sudah janji dengan pacarnya duluan atau tidak di izinin pergi. Kalau sudah ada alasan begitu, kemungkinan besar dia sudah menjadi ‘bucin’. Anak-anak sekarang kadang suka menyebutnya “Kacang lupa Kulit” karena sudah lupa masa-masa sulit bareng teman.
3.Penurut habis !!
Kalau sudah ‘bucin’ tingkat dewa, apapun keinginan pasangannya pasti langsung diturutin atau dilakukan. Sekalipun itu loncat dari tebing tinggi pun mungkin akan dilakukan untuk menunjukkan kesetiaannya. Namanya juga ‘budak’, apapun kemauan ‘tuan’-nya wajib dilakukan. Tidak ada salahnya memang menuruti kemauan sang pujaan, tetapi coba dilihat-lihat lagi. Jangan sampai membuat harga diri turun atau merugikan diri sendiri.
Nah, itu dia ciri-ciri dari ‘bucin’. Apakah kamu dibagian tersebut atau tidak? Bagaimana pendapat kamu tentang ‘bucin’, baik atau tidak? Semuanya tergantung persepsi masing-masing. Kuncinya hanya satu, kalau namanya cinta sudah pasti tidak merugikan siapapun dan selalu mementingkan kepentingan bersama. Lebih percayalah kepada pasangan karena percaya lebih dari cinta.