Inilah kisah seorang karyawan BUMN. Sebut saja namanya Pak Ali. Saya bekerja di PT. Semen Indonesia. BUMN di bidang persemenan.
Tidak ada alasan khusus saya bekerja disini pada awalnya. Mungkin lebih tepat jika pertanyaan untuk saya adalah, kenapa saya masih bertahan dan bekerja di BUMN?
Saya coba ceritakan alasan saya.
Bulan Januari 2016, saya sedang tahap akhir perkuliahan S2 saya. Saat itu sudah optimis untuk bisa wisuda di bulan Maret 2016 jadi saya coba melamar ke beberapa perusahaan dan melamar jadi dosen ke beberapa Perguruan Tinggi. Untuk lamaran ke perusahaan saya sering pakai ijazah S1, sedangkan untuk melamar jadi dosen saya pakai Surat Keterangan Lulus S2 (karena saat itu belum wisuda dan belum menerima ijazah).
Sebenarnya tujuan utamaa saya adalah jadi dosen, tapi apalah daya. IPK saya tidak cukup layak untuk jadi dosen. Haha.. Saya melamar ke berbagai perusahaan sebagai jaga-jaga jika saya tidak diterima jadi dosen. Tiba-tiba ada yang share lowongan kerja di PT. Semen Indonesia. Saya langsung daftar melalui web dan singkat cerita, saya diterima di Semen Indonesia.
Kenapa saya masih bertahan di perusahaan ini? Karena upahnya layak dan karirnya jelas. Sewaktu sambutan penerimaan karyawan baru, saya juga ditunjukkan berapa nominal gaji yang saya terima. Waktu itu saya kaget dengan nominalnya, karena saya tidak pernah dapat upah sebesar itu. Dan ternyata gaji itu hanya 40% dari gaji karyawan tetap. Wow berarti gaji saya akan jadi 2,5 kali lipat jika sudah jadi karyawan tetap. (proses menjadi karyawan tetap membutuhkan waktu sekitar 1 tahun). Tidak hanya itu, ternyata total gaji yang diterima bukan 12 atau 13 kali dalam
setahun tapi bisa mencapai 20an kali dalam setahun (tergantung kondisi perusahaan). Karena ada bonus tiap beberapa bulan dan bonus tahunan. Selain itu jenjang karirnya jelas dan tidak ada drama, kecuali untuk jabatan politis semacam direksi ya. Ijazah S2 saya juga dihargai disini dan berpengaruh sekali terhadap karir.