Mungkin beberapa dari kita tidak tahu bahwa negara tetangga yang satu ini memiliki kebudayaan yang diadopsi dar kebudayaan Indonesia. Tetapi, tahukah kamu bahwa di negara Malaysia memiliki beberapa situs purbakala seperti candi yang seperti di Indonesia? Apa saja nama situs benda kuno tersebut? Berikut kami berikan beberapa informasi yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.
Di daerah Lembah Bujang, Kedah, Malaysia
Candi Bukit Batu Pahat (Situs 50)
Candi Pendiat (Situs 16)
Dan Kompleks Candi Pengkalan Bujang yang terdiri dari tiga situs yaitu 19,23,22
Candi kompleks 19
Candi Kompleks 22
Candi Kompleks 23
Situs Sungai Batu
Candi 11 (dihancurkan pada bulan Agustus 2013)
Peta Lembah Bujang
Jadi dahulunya Lembah Bujang merupakan situs peninggalan Kerajaan Kadaram. Dahulunya, daerah ini merupakan pelabuhan sibuk yang sering disinggah oleh para pedagang dari India, Tiongkok, dan Arab karena lokasinya yang strategis yaitu mencakup tiga sungai, sebuah muara yang besar, dan teluk. Selain itu,pergantian angin muson membuat kapal-kapal singgah di Lembah Bujang karena lokasinya yang aman untuk yang mau ke timur maupun barat melalui Selat Malaka.
Artefak patung Ganesha yang ditemukan di Lembah Bujang.
Penduduk Asli melakukan transkasi perdagangan dengan mengekspor rotan, damar, dan kayu-kayu sedangkan mereka mengimpor tembikar, kain, rempah-rempah, dan lain-lain. Kepercayaan penduduk asli yang awalnya menganut kepercayaan lokal berubah menjadi Hindu/Buddha.
Peradaban Lembah Bujang mengalami masa jayanya pada abad ke-4 masehi hingga tahun 670 ketika Sriwijaya berhasil menaklukanya. Lembah Bujang menjadi pelabuhan penting bagi Sriwijaya.
Tahu I-Tsing, salah satu seorang Biarawab Budha yang pernah berkunjung ke Sriwijaya untuk belajar agama Buddha dan disebut-sebut dalam buku pelajaran sekolah?
Iya, dia pernah singgah di Lembah Bujang pada tahun 671 sebelum melanjutkan perjalananya ke India.
Pada tahun 1025, Lembah Bujang ditaklukan oleh Kerajaan Chola dan diduduki untuk sementara waktu.
Evolusi daerah Lembah Bujang.
Pada akhir abad ke-11 masehi Kerajaan Sriwijaya melemah dan Lembah Bujang kembali meraih kerajayaan hingga abad ke-14 ketika islam mulai masuk ke semenanjung Malaya dan munculnya Kesultanan Malaka.
Situs ini ditinggalkan dan dilupakan sampai tahun 1830an dan 1840an ketika Kolonel James Low menemukan adanya peradaban di Lembah bujang. Sejak ditemukanya reruntuhan Lembah Bujang, berbagai ekskavasi arkeologi dilakukan dan semakin banyak pasca Perang Dunia II.
Tidak hanya situs candi-candi saja yang ada di Malaysia, melainkan prasasti juga ditemukan di Bukit Mertajam, Penang oleh orang yang sama, James Low.
Prasasti Cherok Tok Kun.
Diperkirakan prasasti ini berusia 1500 tahun dan ditulis dalam bahasa Pali.
Berikut ini terjemahanya.
“Saya mengakui kewujudan musuh Raja Ramaunibha dan orang-orang jahat pernah menderita. Ini dikatakan oleh Manikatha, pelindung kesemua Buddha-Buddha. Dalam setiap bentuk kehidupan pengetahuan bermanifestasi di semua tempat dan di semua cara. Karma merupakan puncak kepada kelahiran semula”.
Mahanavika Buddhagupta.
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1834 oleh James Low di Perai, Penang. Jika dilihat, terdapat ilustrasi stupa kuil Buddha Huruf yang digunakan dalam prasasti ini ialah Brahmi dan sangat mirip dengan prasati Purnawarman. Diperkirakan prasasti ini dibuat pada abad ke-5 masehi.
Kira-kira beginilah terjemahanya:
“Melalui kejahilan, karma terkumpulkan. Penyebab kelahiran ialah karma. Melaui ilmu pengetahuan, karma tidak bisa terkumpulkan. Melalui ketidakadaan karma, seseorang tidak bisa terlahir kembali.”
“Dari kapten laut yang hebat Buddhagupta, penduduk Raktamrttika dengan maksud apapun, di semua, di segala hal, semoga mereka sukses dalam perjalananya.”
Sekarang prasasti ini dipajang di Musium India di Kalkuta.
Prasasti Kampong Sungai Mas.
Ditemukan oleh Encik Ariffin Bin Ibrahim pada tahun 1980 ketika sedang penggalian irigasi, prasasti ini dinamakan dari tempat penemuanya dan berhuruf pallawa. Prasasti ini benar-benar mirip dengan Mahanavika Buddhagupta dan diperkirakan dibuat pada abad ke-5 masehi. Sekarang prasasti ini dipajang di Muzium Lembah Bujang.
Isinya sebagai berikut:
“Melalui kejahilan, karma terkumpulkan. Penyebab kelahiran ialah karma. Melalui ilmu pengetahuan, karma tidak bisa terkumpulkan. Tanpa karma, seseorang tidak bisa terlahir kembali.”
Selama kamu memiliki waktu di Malaysia ataupun berkunjung sekadar untuk liburan, kamu nggak akan menyesal deh mengunjungi tempat-tempat kuno bersejarah tersebut. Harapanya, semoga setelah pandemik Covid-19 selesai ada yang berkunjung ke situs-situs pra islam di Malaysia.
Kalau dilihat-lihat sih, rata-rata candi-candi di Malaysia itu mirip dengan Candi Jiwa di Karawang.