Manusia memang mahluk sosial yang selalu ada dalam kelompok. Ribuan tahun yang lalu, kebanyakan manusia primitif pra-sejarah tinggal di desa membentuk identitas kelompok utama dan perasaan “bangsa”. Namun seiring perkembangan kebudayaan (Masa sejarah) dan revolusi industri manusia (abad 17), kelompok sosial tersebut bertumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar yang bisa menjadi agama atau kerajaan perusahaan multi-nasional yang bersaing paling kaya kekuasan dan pengaruhnya. Ini juga berarti bahwa itu bisa menjadi masalah kebetulan bagaimana kumpulan orang-orang pra-nasional akan bersatu karena adanya unsur kesamaan nasib, kemiripan bahasa, sejarah maupun warna kulit dan kesamaan agama.
Masih ada banyak misteri tentang sejarah masa lampau Indonesia. Negara Indonesia memilik banyak tempat arkeologi yang belum terungkap, karena pemerintah beralasan tidak memiliki dana dan uang untuk penelitian dan penggalian lanjutan. Namun, berdasarkan sejarah dan bukti arkeologi yang terbatas ini, pemerintah pun mencoba membangun identias Indonesia. Sebagai negeri Pancasila yang memiliki struktur demokrasi, Indonesia juga membutuhkan identitas sejarah tersebut dalam mencari persamaan antar suku bangsa yang tergabung didalamnya.
Demokrasi dalam bentuk murni tidak memiliki mekanisme untuk menangani keragaman. Dalam bentuk teridealisasinya yang paling murni (yang tidak ada tempat) itu adalah Kediktatoran Mayoritas, hanya dibatasi oleh hak-hak dasar yang dirancang untuk melindungi kaum minoritas dari pelanggaran yang paling keterlaluan. Di dunia nyata itu adalah kediktatoran mayoritas yang diproduksi yang dirancang untuk memberikan legitimasi kepada satu kelompok elit atau yang tertentu saja. Kediktatoran memang bekerja lebih efisien dalam menyeimbangkan kebutuhan yang berbeda dari kelompok yang berbeda tetapi tidak memiliki mitologi yang berguna tentang aturan oleh (dan untuk) orang-orang yang membuat negara lebih tahan lama.
Pendiri negeri ini juga membawa dan mengimpor faham demokrasi ke negara Indonesia yang memiliki variasi kepercayaan dengan keragaman luas. Hal ini terlihat dari sejarah 70 tahun lebih, Indonesia sempat beroperasi di bawah kekacauan rezim yang lebih terpusat di Jakarta. Lebih dari setengah dari umur Indonesia itu, negeri ini berada dalam kekuasaan diktator. Diktator tersebut menghasilkan sekelompok orang tertentu memiliki fasilitas dan kemudahan untuk menguasai lebih dari 50% peluang ekonomi. Mengapa bisa begitu?
Kelompok mayoritas dari sisi kesamaan agama menikmati anggaran yang jauh lebih besar dalam menjalankan tujuannya sendiri. Namun, pemimpin Diktator tidak menyukai pemimpin kelompok mayoritas tersebut, karena bisa mengancam keberadaan statusnya sebagai penguasa. Diktator tersebut pada akhirnya memilih kaum super minoritas yang dianggap lebih “aman” karena tidak memiliki kesamaan latar-belakang tadi dengan penduduk mayoritas, maupun tidak memiliki kesamaan latar belakang agama dengan penduduk negeri Superpower. Diktator tersebut ‘merasa’ aman jika segelintir kaum minoritas yang memegang dan mengendalikan ekonomi yang terpusat di Jakarta.
Setelah puluhan tahun mendapatkan perlindungan diktator, kaum minoritaslah yang terlihat menonjol menguasai struktur ekonomi di Indonesia, walaupun mereka memiliki latar belakang agama, sejarah maupun nasib yang jauh berbeda dengan kalangan mayoritas. Bisa terlihat dengan mudah dari daftar 10 orang terkaya di majalah bisnis ternama yang mayoritas dikuasai oleh kalangan minoritas pilihan Diktator ini. Secara perlahan, sistem ekonomi dan sosial politik Indonesia pun mulai bergeser kearah super kapitalisme, dimana uang dari si super minoritas yang menentukan kebijakan bagi penduduk mayoritas, bukan lagi soal demokrasi atau idealisme nasional, tapi soal uang dan ekonomi. Hal ini tidak terlalu jauh berbeda dengan negara kapitalis lain seperti Amerika Serikat.
Diktator itu tidak sepenuhnya bisa disalahkan, karena sebagai penguasa, diktator tersebut juga dijepit oleh negara superpower dan kepentingan perusahaan yang lebih besar lagi. Akhirnya Indonesia memang tumbuh berdasarkan kekuatan yang diberikan oleh legitimasi itu dan muncul friksi dan kegaduhan ketika keragaman membuat orang menjadi egois dan merasa paling hebat karena jumlahnya merasa paling banyak, menuntut keadilan buta tanpa rasio kesetaraan dan keseimbangan. Sehingga hal ini mempertahankan mitos bahwa pemerintah menyeimbangkan kebutuhan orang yang berbeda.
Perebutan kekuasann di Idnonesia sebenarnya jauh lebih tua dari negeri lain di Asia timur. Kepulauan Indonesia telah menjadi daerah yang berharga untuk perdagangan sejak setidaknya (menurut sejarah yangterbatas tadi) abad ke-7 ketika Sriwijaya dan kemudian Majapahit berdagang dengan entitas dari daratan Cina dan anak benua India. Penguasa lokal secara bertahap menyerap pengaruh asing dari abad-abad awal dan kerajaan Hindu dan Budha berkembang. Pedagang Sunni dan cendekiawan Sufi membawa Islam, sementara orang Eropa memperkenalkan agama Kristen melalui penjajahan. Meskipun kadang-kadang diinterupsi oleh Portugis, Prancis dan Inggris, Belanda adalah kekuatan kolonial terkemuka selama 350 tahun kehadiran mereka di kepulauan itu.
Konsep “Indonesia” sebagai negara-bangsa muncul pada awal abad ke-20 dan negara memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945. Namun, baru pada tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia setelah konflik bersenjata dan diplomatik antara dua negara.
Indonesia terdiri dari ratusan kelompok etnis dan bahasa asli yang berbeda, dengan yang terbesar adalah orang Jawa. Identitas bersama telah berkembang dengan moto “Bhinneka Tunggal Ika” (“Persatuan dalam Keanekaragaman” secara harfiah, “banyak, namun satu”), yang didefinisikan oleh bahasa nasional, keragaman etnis, pluralisme agama dalam populasi mayoritas Muslim, dan sejarah kolonialisme dan pemberontakan melawannya. Perekonomian Indonesia adalah yang terbesar ke 16 di dunia dengan PDB nominal dan ke 7 oleh PDB di PPP. Negara ini adalah anggota dari beberapa organisasi multilateral, termasuk PBB, WTO, IMF, G20, dan anggota pendiri Gerakan Non-Blok, Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara, Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, KTT Asia Timur, Bank Investasi Infrastruktur Asia , dan Organisasi Kerjasama Islam.
Mengapa diluar negeri sering mendengar indonesia adalah negara islam? padahal indonesia adalah negara merdeka yang mempunyai ideologi sendiri berdasarkan gotong royong yaitu Pancasila. apa itu Pancasila?
Pancasila merupakan solusi dasar ideologi yang didapat dari penelitian para pendiri bangsa ini ketika mencari persamaan dari suku bangsa baik penduduk pendatang maupun asli pribumi di negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, dan sekarang tanggal 1 Juni diperingati telah menjadi s hari lahirnya Pancasila.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
semua orang warga negara indonesia wajin memiliki agama yaitu kristen,katolik,islam,budha,hindu,dan beberapa kepercayaan yang telah diakui negara indonesia
2. kemanusiaan yang adil dan beradab,
bahwa setiap hukum atau tindakan masyarakat indonesia harus bersifat adil dan penuh dengan jiwa kemanusiaan tanpa membeda-bedakan suku,agama,ras,dan lain lain
3. persatuan Indonesia,
Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan perbedaan dari segi budaya,agama,bahasa daerah,jenis kelamin,ras,golongan yang harus tetap satu dan merasa sebangsa tanpa ada rasa benci, dendam, dan permusuhan bahkan pili kasih
4.kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
bahwa apapun tindakan pemimpin dan masyarakat indonesia harus berdasarkan nila nilai norma bangsa indonesia yang adil dan bijaksana
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
masyarakat indonesia baik dari pemerintah sampai masyarakat haruslah adil dan bersikap sama ke setiap orang berwarga negara indonesia tanpa melihat dari segi budaya,agama,bahasa daerah,jenis kelamin,ras,golongan tanpa terkecuali
Ada banyak cara mencari Tapi karena Kepentingan Politik dan keserakahan Manusia banyak membuat Orang Indonesia Yang tidak cukup pintar akan idiologi negara ini yaitu pancasila.
Semua artikel ini merupakan opini kami pribadi di media milik kami sendiri tanpa mengurangi rasa hormat pada manusia manapun yang bisa membaca tulisan ini.