Hal buruk ini telah menimpa garda terdepan penanganan wabah corona di Indonesia.

Seorang tenaga medis di Sragen mendapat teror berulang-ulang setelah dirinya menangani pasien corona.

Peneror tenaga kesehatan (nakes) di Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen sempat menelepon lebih dari 10 kali.

Pada keesokan harinya peneror tersebut juga sempat mengirim pesan kepada nakes yang diteror berinisial T (50) itu dengan pesan berisi “Assalamualaikum”.

“Jumat malam itu ada telepon WhatsApp berulang kali nomor yang sama lebih dari 10 kali, tapi memang sengaja tidak saya angkat karena profilnya itu agak menakutkan rambutnya gondrong.”

“Saya fikir itu bukan teror, saya mikirnya waktu itu pasien karena di rumah dinas pekerjaan saya juga melayani masyarakat 1×24 jam,” kata T kepada wartawan ketika ditemui di rumah dinasnya puskesmas pembantu (Pustu) Desa Celep Puskesmas Kedawung 2, Senin (1/6/2020).

Merasa tidak mengangkat telefon yang ia fikir merupakan pasien, T akhirnya menelepon balik yang ternyata peneror tersebut.

T bahkan menelepon sebanyak tiga kali namun selalu diriject peneror.

Setelah diriject akhirnya peneror tersebut kembali mengirim pesan yang berisi ancaman yang sama.

Karena merasa terganggu akhirnya T melaporkan kejadian tersebut ke Kepala Puskesmas dan Kepala Dinas Kesehatan.

Mengatasnamakan sebagai koordinator santri Temboro, T akhirnya menanyakan kepada salah satu santri OTG positif Covid-19 Klaster Temboro yang dikarantina di gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen.

“Awalnya saya engga tanya, tapi setelah sudah terekspos akhirnya saya tanyakan kepada satu OTG positif Covid-19 Klaster Temboro kenal engga dengan nomor ini, tapi dia bilang engga kenal,” kata T.

Dia juga meminta kepada santri tersebut jika mengenali nomor itu agar memberitahu bahwa nakes hanya menjalankan tugas kesehatan bukan maksud mendholimi.

T menganggap peneror tersebut kurang pemahaman dan berbeda pendapat sehingga melakukan hal tersebut.

“Santri ini setelah mengetahui positif Covid-19 juga memberontak ketika diminta karantina di SMS tapi dengan pendekatan dengan penjelasan kita berusaha memahami akhirnya dia mau,” lanjutnya.

T mengaku hubungannya kini semakin baik, bahkan setiap hari dirinya berkomunikasi dengan santri yang dikarantina di SMS tersebut .

Janda dua anak tersebut kini hanya berharap agar tenaga medis tetap kondusif dan tidak perlu takut.

“Misalkan nanti ketemu dengan yang bersangkutan (peneror) kita selesaikan secara kekeluargaan saja bagaimanapun juga mereka adalah saudara kita”.

“Mungkin dia kurang pemahaman saja, dengan diberikan pemahaman tujuannya nakes seperti apa bukan bermaksud mendholimi namun mengobati sehingga kita bisa bergandengan tangan melawan Covid-19,” tandasnya.

Respon Ganjar

Kasus ini sempat menjadi perhatian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pasang badan setelah tahu salah satu ada tenaga medis Covid-19 di Sragen, menjadi korban intimidasi.

Sepert diberitakan, seorang perawat Puskesmas Kedawung, Kabupaten Sragen mengalami trauma dan merasa ketakutan.

Dari informasi yang diperoleh, korban perawat tersebut mengalami hal itu setelah diintimidasi usai memeriksa pasien Covid-19.

“Sebenarnya kalau saya bisa tahu orangnya (Korban), saya pengen telepon dia.

Saya ingin dengar sendiri siapa yang mengancam, apa persoalannya sehingga kita bisa klarifikasi apa yang terjadi.

Kalau dia merasa terancam kita perlu bawa shelter agar dia aman,” kata Ganjar di Semarang, Minggu (31/5/2020).

Tak hanya itu, Ganjar juga berharap petugas kepolisian segera menindaklanjuti kasus tersebut.

“Jangan lagi pernah ada model-model seperti ini.”

“Ketika semua sudah dilakukan sesuai prosedur tolong jangan ada yang aneh-aneh.”

“Kita lagi dalam kondisi sulit.”

“Maka saya dukung petugas keamanan untuk bisa menyelesaikan ini.”

“Diperiksa saja,” tegasnya.

Menurut Ganjar, tindakan intimidasi kepada tenaga medis di tengah pandemi corona adalah hal yang tidak patut.

Apalagi memberikan stigma.

“Saya minta korban melaporkan apa yang terjadi agar cepat selesai sehingga tidak ada lagi stigma-stigma negatif yang nanti membuat hati orang terluka,” terangnya.

Dari informasi yang diperoleh Kompas.com, seorang perawat di Puskesmas Kedawung Sragen mendapat intimidasi melalui pesan WhatsApp pada Jumat (29/5/2020) pagi.

Pesan tersebut diterima korban setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Alhasil, pasien juga merasa dikucilkan oleh warga di lingkungan rumahnya usai menjalani pemeriksaan.