Nama keluarga/marga/fam di Indonesia berfungsi sebagai ciri pengenal kolektif, namun memiliki perbedaan secara etnik (Batak, Minahasa, dan Indonesia bagian Timur yang tanpa menyandang status sosial). Nama marga/fam merupakan produk budaya kolektif dalam sistem kekerabatan masyarakat. Pada etnis tertentu di Indonesia, misalnya, orang Jawa (Tengah) dan Sunda tidak lazim menggunakan nama marga/fam, tetapi pada golongan tertentu menggunakan gelar adat/kebangsawanan.

Menyebut “marga” dekat artinya juga dengan “klan”. Klan adalah kerabat luas atau keluarga besar (marga). Klan merupakan kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klan adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan pada masyarakat unilateral, baik melalui garis ayah (patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).

Di Batak, “klan” disebut “marga”: marga-marga Batak Toba, Batak Karo, Mandailing, Angkola, Pak-Pak, dan Simalungun.

Di Minahasa—Ambon—Flores disebut sebagai “fam”.

Di Minangkabau yang matrilineal, “klan” disebut “suku” (gabungan dari kampuang-kampuang). Contoh suku/daerahnya jelas sekali menandakan itu: Chaniago, Dalimo, Kampai, Koto, Melayu, Piliang, Sikumbang, Solok dsb.

Konsep Bangsawan di Indonesia

Di Indonesia, istilah “bangsawan” sering disamakan dengan “keturunan raja”. Namun untuk beberapa daerah tertentu, bangsawan tidak harus dari keluarga kerajaan. Misalnya, di Bali, kalangan bangsawan terdiri dari apa yang dinamakan Tri Wangsa (para brahmana, ksatria dan waisya). Di Jawa Tengah, di samping keturunan raja, ada kalangan priyayi yang terdiri dari kerabat para pamong praja atau pejabat pemerintahan pribumi di masa Hindia Belanda, mulai dari bupati sampai ke demang.

Gelar kebangsawanan di Indonesia pada umumnya diberikan kepada masyarakat keraton (istana daerah) dan orang-orang di luar keraton yang dianggap berjasa kepada keraton. Gelar kebangsawanan ini diturunkan dari orangtua kepada anaknya dan biasanya turun-temurun. Gelar kebangsawanan tersebut antara lain:

Di Jawa Tengah biasanya diikuti dengan nama diri, misal Raden Ajeng Kartini, Raden Ngabehi Ranggawarsita dll.

Di masyarakat Bugis, misal: Andi Meriem Matalata.

Di masyarakat Aceh, misal: Tengku Abdul Rahman Saleh, Teuku Umar dll.

Baik, sekarang saya kutip satu per satu per daerah. Sabar ya, Indonesia itu luas dan padat! hehehe.

  • Aceh

Rakyat Aceh mengenal sistem strata/golongan:

Golongan rakyat biasa ( ureung le/orang banyak)

Golongan Hartawan

Golongan ulama/cendekiawan (orang alim). → Orang-orang di golongan ini dalam masyarakat Aceh dipanggil dengan gelar “Teungku”. Akan tetapi sapaan teungku jaman sekarang ini sudah melebar menjadi sapaan hormat kepada lelaki dewasa.

Kaum bangsawan. Golongan bangsawan adalah golongan kerajaan. Di zaman sekarang golongan bangsawan dapat dilihat dari garis keturunan sultan Aceh. Dalam golongan ini dari golongan keturunan perempuan disebut Cut dan garis keturuan lelaki disebut Teuku. Panggilan untuk Teuku sering juga disebut Ampon.

Gelar kebangsawanan Aceh:

Cut
Gelar ini diturunkan sampai ke anak cucunya jika perempuan bangsawan tersebut menikah dengan laki-laki dari kalangan bangsawan.

Teuku
Gelar ningrat atau bangsawan untuk kaum pria suku Aceh yang memimpin wilayah nanggroe atau kenegerian. Gelar bangsawan ini juga diturunkan kepada anak laki-laki dari ayah bangsawan.

Meurah
Meurah adalah gelar raja-raja di Aceh sebelum datangnya agama Islam, dalam bahasa Gayo disebut Marah, misal: Marah Silu. Setelah datangnya agama Islam, setiap raja Aceh berganti gelar menjadi Sultan.

  • Sumatra Utara

Sejarah kerajaan Batak Kuno yang bisa dilacak adalah dinasti Bakkara di kota Balige. Dinasti Bakkara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja I-XII yang berdiri dari abad ke-16 hingga abad ke-19 atau hampir 400 tahun berdiri. Dalam sejarahnya, dinasti ini mengalami peperangan dengan Belanda selama 30 tahun. Raja Sisingamangaraja XII meninggal dalam pertempuran di Si Onom Hudon pada tahun 1907 sekaligus menandakan berakhirnya kerajaan dinasti Bakkara.

Di masyarakat Batak tidak dikenal sistem kasta. Jadi, satu-satunya indikasi “kebangsawanan” adalah garis keturunan Raja Sisingamangaraja XII. Koran Belanda Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (22/07/1930) menyebut nama anak-anak Sisingamangaraja XII berdasarkan nama baptis: Raja Boental alias Karel Boental Sinambela, Raja Barita alias Hendrik Barita Sinambela, Raja Sabidan alias Willem Sabidan Sinambela dan Raja Pangkilim aliasDavid Pangkilim Sinambela.

  • Sumatra Barat

Masyarakat Sumatra Barat mengenal nama marga, gelar adat dan gelar kebangsawanan; Tapi marga di Sumatra Barat tidak sebanyak nama marga Sumatra Utara. Etnisnya: Minangkabau, Melayu, Mentawai, Tanjung Kato, Panyali, Chaniago, Sikumbang, dan Gusci.

Sistem pemerintahan Minangkabau disebut “Lareh”. Ada 2 kelarasan:
Kelarasan Koto Piliang dan Kelarasan Bodi Chaniago. Pemerintahannya otokratis (dikuasai oleh penguasa tunggal) yang disebut panghulu Pucuak dibantu panghulu Andiko yang memiliki gelar adat Datuk.

Gelar Datuk dalam tradisi Minangkabau bergantung pada masing-masing suku,
berdasarkan status sosial penyandang gelar tersebut. Gelar dapat digunakan untuk gelar adat juga gelar kebangsawanan. Gelar-gelar bangsawan di Minangkabau juga ada yang memakai Marah (contoh Marah Rusli, penulis novel Siti Nurbaya). Selain
Gelar Marah, yang berlaku di kota Padang, di pesisir barat minangkabau, yaitu Pariaman juga memakai gelar yang berasal dari Aceh. Gelar itu ialah Syaid bagi keturunan Ulama sebagaimana yang dikenal dengan Siddi. Baginda bagi keturunan pembesar Aceh yang dikenal Bagindo. Sultan yang dikenal dengan Sutan.

Untuk wilayah Bukittinggi gelar adat merupakan gelar yang diberikan kepada ninik mamak (sesepuh) dan sebutannya berbeda di setiap Jorong (dusun): (ada banyak sekali, silakan lihat di paper).

Gelar adat kehormatan di kota Padang:

Puan Puti Ambun Suri: Hj. Ani Yudhoyono

Puti Reno Ameh: Istrinya Gusti Muhammad Hatta

Puti Reno Anggun Suri: Hj. Nanik Kadaryani

Puti Reno Nilam: Megawati Soekarnoputri

Sutan Sampono Batuah (Gusti Muhammad Hatta – Menristek)

Tungke Ameh: Ben Kasyafani

Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati: Sri Sultan HB X.

Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam: Susilo Bambang Yudhoyono

Yang Dipatuan Rajo Maulana Pagar Alam: Syamsul Ma’arif – BNPB

Yang Dipertuan Temenggung Diraja: Haroen Al Rasyid Zain Datuak Sinaro
(Gubernur Sumbar) dan Emil Salim (mantan Menteri Lingkungan Hidup).

Pada masyarakat Sumatra Barat juga mengenal gelar lain selain Datuk yaitu:
Malin, Manti Marah, Pandito, Puti, Rajo, Sutan, Sutan Balun, Sutan Cadiak, Sutan Marajo Basa, Sutan Paduko Basa, Sutan Pandak, Tan. Tuangku.

  • Riau

Stratifikasi sosial masyarakat Melayu pada dasarnya dibedakan menjadi 2 golongan, yakni golongan bangsawan dan orang kebanyakan. Orang yang masih memiliki garis keturunan sultan menempati lapisan atas disebut sebagai bangsawan. Wan adalah gelar bangsawan dari keturunan Arab. Raja adalah gelar bagi bangsawan Bugis, mereka mendapat kedudukan yang sangat tinggi (misal Sultan Siak dan Sultan-Sultan kerajaan Riau Lingga). Sedangkan gelar bangsawan untuk orang Melayu adalah Tengku.

  • Lampung

Masyarakat Lampung selain memiliki nama marga juga memberikan gelar adat
kepada tokoh masyarakat yang dianggap berjasa, pemberian gelar adat tersebut disebut Adok.

Gelar kebangsawanan pada masyarakat Lampung terdiri atas: Bangsawan tinggi,
menengah, dan rendah. Setiap kelompok bangsawana tersebut memiliki gelar
kebangsawanan yang berbeda:

Bangsawan Tinggi

Batin—Batin.
Dalom—Batin.

Dalom Pangikhan—Batin Ratu.

Pangikhan/pangeran—Ratu

Pria/Khagah—Wanita/Bebay.
Sutan—Ratu Agung.

Bangsawan Menengah

Khadin/Raden—Khadin/Radin/Minak.
Khaja/Raja—Khadin/Radin.
Minak—Enton.

Pria/Khagah—Wanita/Bebay.

Bangsawan Rendah

Kimmas—Mas
Mas—ma Ayu
Pria /Khagah—Wanita/Bebay.

  • Jawa Tengah

a. Gelar Kasunanan Surakarta:

Penguasa Kasunanan: Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Sri Paku Buwana Senapati ing Alaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama Kaping (SISKS)

Permaisuri Susuhunan Pakubuwana bergelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR). Jika terdapat 2 permaisuri untuk membedakannya: Ratu Kilen (Ratu Barat) dan Ratu Wetan (Ratu Timur).

Selir Susuhunan Pakubuwana bergelar Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy),
dengan urutan:
a) Bandara Raden Ayu
b) Raden Ayu
c) Raden
d) Mas Ayu
e) Mas Ajeng
f) Mbok Ajeng

Pewaris tahta Kasunanan (putra mahkota) bergelar Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Anum Amangku Negara Sudibya Rajaputra Nalendra ing Mataram.

Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda bergelar
Raden Mas Gusti (RMG).

Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran (KGP), dengan urutan:
a) Mangku Bumi   
b) Bumi Nata       c) Purbaya      d) Puger (dan masih banyak lagi silahkan lihat paper)

b. Gelar Mangkunegaran

Penguasa Mangkunagaran bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya
Mangku Negara Senapati ing Ayuda Kaping … (KGPAA)

Permaisuri Raja Mangkunagara bergelar Kanjeng Bendara Raden Ayu
(KBRAy)

Selir Raja Paku Mangkunagara bergelar Bendara Raden Ayu (BRAy) atau
Raden Ayu (RAy)

Pewaris tahta Mangkunagaran (putra mahkota) bergelar Gusti Pangeran Adipati
Harya Prabu Prangwadana (GPAHPP)

Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri bergelar Gusti Raden Mas
(GRM)

Anak lelaki dari selir: Bendara Raden Mas (RM).

(dan masih banyak lagi silahkan lihat paper)

  • Bali

Masyarakat Bali menganut sistem catur warna yang membagi jadi 4 kelompok berdasarkan garis keturunan laki-laki dengan ciri pengenal kolektifnya pada nama depan yaitu (dari tertinggi ke terendah):

Kasta Brahmana
a. Ida Ayu untuk anak perempuan
b. Ida Bagus untuk anak laki-laki

Kasta Ksatriya
a. Anak Agung
b. Cokorda
c. Dewa
d. Dewa Agung

Kasta Wesya
a. I Gusti
b. I Gusti Agung
c. I Gusti Ayu
d. I Gusti Bagus

Kasta Sudra
a. Untuk anak pertama, kelima, kesembilan, dst: Gede, Putu, Wayan, dan Luh.
b. Untuk anak kedua, keenam, kesepuluh, dst: Kadek, Nyoman, Nengah
c. Untuk anak ketiga, ketujuh, kesebelas, dst: Komang
d. Untuk anak keempat, kedelapan, keduabelas, dst: Ketut

FUN FACT SOAL PERNIKAHAN BEDA KASTA ORANG BALI: (untuk lengkapnya silakan cek kolom komentar)

Pernikahan beda kasta itu sekarang lumrah/lazim di Bali. Tapi:

Lebih mudah diterima oleh keluarga kalau mempelai pria yang berkasta lebih tinggi dibanding yang wanita.

Kalau mempelai wanita punya kasta lebih tinggi dibanding pria, maka secara adat harus “kawin lari”. Kasus ini biasanya lebih jarang dibanding kasus pertama tadi.

  • NTB

Gelar adat (kehormatan):

Gelar adat Pembasaq Gumi Sasak diberikan kepada seluruh Bupati dan Walikota sepulau Lombok.

Pembasaq Paer Selaparang diberikan kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat.

Gelar kebangsawanan: Raden, Lalu, Baiq, Dende, Gede

Di NTT tidak ada gelar bangsawan, hanya ada sistem marga/fam

  • Kalimantan Tengah

Masyarakat etnis Kalimantan Tengah memiliki gelar adat yang diberikan kepada masyarakat atau tokoh tertentu sesuai dengan jabatan, tanggung jawab, dan jasa yang dilakukan:

Tamanggung atau Dambung = Raja (penanggung jawab): melindungi,
menyejahterakan, memakmurkan seluruh masyarakat.

Pangkaliman: bertanggung jawab dalam bidang pertahanan keamanan.

Patih: bertanggung jawab dalam bidang pemerintahan dan kesejahteraan
masyarakat.

Singa: polisi, satpam.

Damang: bertanggung jawab dalam bidang pengawasan/penuntutan peradilan dan pelestarian lingkungan. Dibantu oleh para Mantir, para Let, para Ketua Adat.

  • Kalimantan Selatan

Tidak memiliki ciri kolekstif berupa nama marga tetapi memiliki nama gelar
kebangsawanan, yaitu:

Anak laki-laki raja bergelar Gusti (= Raden/Raden Aria pada zaman Hindu & awal Islam), dan jika Pangeran: gelar untuk anak permaisuri.

Andin, menurut Tutur Candi gelar tersebut untuk keturunan kerajaan Negara Daha yang telah dikalahkan oleh Sultan Suriansyah dan tidak diperkenankan lagi memakai gelar Pangeran.

Antung: gelar untuk putera/puteri dari wanita “Gusti” yang menikah dengan orang kalangan biasa. Antung setara dengan gelar Utin (wanita) di Kotawaringin.

Gusti (lelaki): gelar hanya untuk anak laki-laki dari gusti yang sudah jauh garis keturunannya dengan Sultan yang memerintah.

Gusti: gelar anak perempuan raja

Gusti: gelar untuk keturunan (laki-laki dan perempuan) dari para Pangeran
keturunan Sultan yang memerintah

Nanang /Anang: gelar yang diberikan untuk kalangan keluarga Ampu Jatmika yang disebut Kadang Haji (haji= raja), sedangkan keluarga isteri Ampu Jatmika tidak mendapat gelar tersebut atau juga diberikan kepada lelaki dari kalangan biasa yang menikah dengan puteri Sultan misalnya Nanang Sarang (digunakan pada abad ke-17).

Pangeran Dipati: gelar untuk jabatan Dipati

Pangeran Serip (Syarif) : gelar untuk seorang lelaki keturunan Arab yang menikah dengan puteri Sultan.

Putri: gelar untuk anak permaisuri yang masih gadis

Raden: gelar untuk seorang lelaki dari kalangan biasa yang menikah dengan
puteri Sultan. Raden juga merupakan gelar bagi pejabat birokrasi dari golongan Nanang/ Anang misalnya gelar Raden Tumenggung, yang selanjutnya meningkat menjadi Raden Dipati.

Raden Galuh: gelar anak perempuan raja pada zaman Hindu

Ratu: gelar anak permaisuri yang sudah menikah

Ratu Serip (Ratu Syarif): gelar untuk puteri Sultan yang menjadi isteri permaisuri.

  • Kalimantan Timur

Gelar adat (kehormatan):

Awang Ngebei Setia Negara (contoh: Awang Farouk Ishak)

Yecung Nguyut Ulun (contoh: Marzuki Alie)

Gelar bangsawan: Aji, Aji Bambang, Aji Pangerang, Aji Puteri, Aji Raden, Aji Ratu, Aji Sayid, Aji Sultan, Aji Syarifah.

  • Sulawesi Selatan

Etnis Makasar mengenal 4 strata sosial:
1. Ata (budak)
2. Daeng (kalangan pengusaha)
3. Karaeng (Raja atau bangsawan)
4. Kare (tokoh Religi)

Gelar bangsawan:

Andi

Arung (di Bone)

Besse

Daeng/Paddaengang (Makasar)

Datu adalah gelar yang sudah ada sejak adanya kerajaan Bugis (di Luwu misalnya semua Raja bergelar Datu)

Karaeng (di Makassar atau Gowa)

Sombaiya (Gowa)

Tenri

  • Sulawesi Tenggara

Gelar Kebangsawanan
1) La ode
2) Wa ode
3) Mokole
4) Anakia
5) Sapati
6) Sangia
7) Kotubitara
8) Sulemandara
9) Kapita
10) Tusawuta
11) Inea Sinumo
12) Kapita Anamolepo
13) Kapita Bondaala
14) Ponggawa
15) Mokole (raja)
16) Bokeo (raja) Mekongga
17) Sabandara
18) Tamalaki
19) Sapati
20) Tuaoy
21) Tutuwi Wotaha
22) Sulewata
23) Sulewatang

  • Sulawesi Tengah

Gelar kebangsawanan
a. La Galigo
b. Lamakarumpa Daeng Pabetta La Mapangandro
c. Puteri Kaili: Daeng Malino Karaeng Tompo Ri Pudjananti
d. Wettoi Tungki Daeng Tarenreng Masagalae Ri Pudjananti

  • Gorontalo

Nama marga: Biya, Gobel, Laleno, Monoarfa.

Gelar adat (kehormatan): Daeng, Garai, Karaeng, Keraeng Tojeng (diberikan kepada Mahfud MD), Tapulu Lo Hunggia (diberikan kepada Gubernur Gusnar Ismail, Ti Tulutani Lo Toyunuta (diberikan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X)

  • Sulawesi Utara

Tidak ada gelar adat/bangsawan yang pada suku Minahasa/ Manado.

(Tapi nama fam Manado unik-unik karena ada artinya masing-masing). Contoh:

Wawolangi: Di ketinggian

Supit: Menjepit musuh

Gerung: Bunga ukiran

Kaligis: Sama keluarga

Karamoy: Penunjuk

Kawilarang: Di atas terbuka

Tanos: Teratur

Tendean: Tempat berpijak

  • Maluku Utara

Gelar kebangsawanan
1) Sultan (Kolano)
2) Jou
3) Jou Kolano
4) Sangaji
5) Jogugu
6) Fala Raha
7) Kimalaha
8) Marasaoli
9) Tomaito
10) Tamadi
11) Kapita Lau
12) Salahakan
13) Kalumata

  • Papua

Gelar kebangsawanan hanya dijumpai pada masyarakat yang berada di kabupaten/kota Jayapura:

Suku Sentani: Ondo Polo.
Suku Genyem: Iram.
Suku Tanah Merah: Ondo Afi.

Kota Jayapura: Charsori.

Ternyata banyak juga ya bukti yang menunjukkan bahwa Indonesia itu bangsa besar. Semoga bermanfaat.