Mungkin dari teman-teman masih ada yang belum tau asal usul sebutan “papua” untuk daerah timur Indonesia yang bersebelakan dengan negara Papua New Guinea dan Australia.
Dimulai dari Sriwijaya
Sejak abad ke-8 Papua sudah bersentuhan dengan dunia luar seperti Asia, Afrika, dan Eropa. Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh Sri Indrawarman kerap mengirim burung Cenderawasih dari pulau yang disebutnya “Janggi” kepada Kaisar Tiongkok.
Berikutnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, menulis kata “Wwanin”dan “Sran” di dalam syair kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Prapanca. Wwanin yaitu nama lain dari Onin dan kata Sran, penyebutan dari Kowiai. Kedua wilayah itu ada di Papua hingga saat ini.
Demikian pula nama Papua, bukan sekonyong-konyong diberikan oleh Presiden RI Abdurrahman Wahid ketika berkunjung ke Irian Jaya pada 31 Desember 1999 lalu. Tetapi nama Papua sudah disebut oleh penjelajah atau petualang yang ingin menjejakkan kakinya di pulau yang tampak besar membentang di ujung timur Nusantara ini.
Portugis menyebutnya: Orang Papua
Tersebutlah Gubernur pertama Portugis di Maluku, Jorge de Meneses pada tahun 1528, ketika mengunjungi pulau Waigeo di Raja Ampat, melihat penduduknya berkulit hitam dan berambut keriting. Menyebut orang yang tinggal di wilayah itu “Orang Papua”, sedangkan wilayahnya disebut “Ilhas Dos Papua” yang artinya Pulau Papua.
Kemudian Antonio Pigafetta yang bertualang mengelilingi bumi bersama Magelhaens berada di Maluku pada tanun 1521 sudah menyebut “Papua”. Sedangkan pelaut Portugis Antonio d’Arbreu mengunjungi pantai wilayah yang disebutnya Papua pada tahun 1551.
Bangga Orang Papua
Lalu apa arti Papua itu sendiri? Beberapa sumber ada yang menyebutkan bahwa Papua berasal dari kata Melayu “pua-pua” yang artinya “keriting” (Stirling, 1943 dalam Koentjaraningrat, 1994).
Malah ada yang mengartikan lebih seram lagi yaitu “Daerah hitam tempat perbudakan” (Subandrio, 2000 dalam Kompas, 19 Juni 2000). Terlepas dari konotasi negatif, yang jelas rename, perubahan nama menjadi Papua adalah sebuah kebanggaan Orang Papua kembali ke jati diri yang selama ini hilang.
Mirip dengan kepercayaan Koreri pada suku Biak yang dikenal dengan Cargo Cult. Keyakinan akan datangnya zaman kebahagiaan. Bahwa kekayaan alam Papua sebagai sumber kebahagiaan telah dibawa oleh “orang asing”.
Diharapkan mahluk suci bernama Mansren Nanggi — sosok yang sering disebut Tuan Langit ini pada suatu saat akan membawa harta kekayaan kembali ke Tanah Papua.
Kata Papua memiliki nilai-nilai “semangat”, “perjuangan”, “kerja keras”, dan “jati diri” orang Papua untuk meraih masa depan yang penuh damai, sejahtera dan kemandirian.
Cintanya kepada Papua terungkap dalam lantunan Edo Kondologit dalam lagu “Aku Papuaa”
Spanyol: Nueva Guinea
Perubahan nama juga dilakukan oleh petualang dari Eropa yang hendak menguasai Papua. Orang-orang Spanyol seperti Alvaro de Saveedra pada tahun 1528 dari Maluku sudah mengincar untuk mendarat di pulau ini.
Disusul oleh nakhoda lainnya bernama Inigo Ortiz de Retes dengan kapal Sint Juan dalam perjalanannya dari Tidore menuju Meksiko melewati pantai utara dan memilih mampir di Mamberamo pada 20 Juni 1545 memberi nama pulau ini dengan “Nova/Nueva Guinea” atau “New Guinea” yang berarti “Guinea Baru”.
Alasan penyebutan tersebut, karena pantai-pantai dan orang berkulit hitam di wilayah ini memberikan penampakan yang sama dengan pantai Guinea di benua Afrika. Berikutnya Louis Vaez de Torez yang namanya diabadikan nama selat antara Papua dengan Australia, mendarat di pantai selatan, kemudian menyatakan bahwa pulau tersebut bagian dari Kerajaan Spanyol.
Belanda: Netherlands Niuew Guinea
Belanda resmi menduduki Papua pada 24 Agustus 1828 ketika meresmikan benteng pertahanan Fort Du Bus dan perayaan Ultah Raja Willem I dari Belanda. Komisaris pemerintah Belanda Van Dalden membacakan proklamasi atas kedaulatan wilayah yang diberi nama The Netherlands Niuew Guinea.
Perhatian kolonial Belanda kepada Papua setelah orang-orang Jerman menduduki bagian utara dan Inggeris menduduki bagian selatan New Guinea. Belanda mebagi dua wilayah, paling timur Indonesia West New Guinea (Papua) dan belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea yang dikuasai Inggris.
Semakin kukuh kedudukannya setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Iryan-Irian Barat-Irian Jaya-Tanah Papua
Pada masa transisi integrasi tahun 1964 Frans Kaisiepo di dalam Konferensi Malino mengusulkan nama “Iryan“ menggantikan Papua. Iryan adalah bahasa Biak yang memiliki nilai filosofi: “Sinar matahari yang menghalau kabut di laut, sehingga ada harapan bagi para nelayan Biak untuk mencapai tanah daratan Irian”.
Secara harfiah “Irian” berasal dari dua kata yaitu “Iri“ berarti dia menyebutkan tanah, dan “Ryan“ yang berarti panas sehingga dapat diartikan Irian adalah tanah yang Panas. Masyarakat Pantai Selatan yaitu Suku Marind-Anim mengartikan Irian dengan Tanah Air.
Pada masa pemulihan keamanan di Papua, Presiden Soekarno dalam setiap pidatonya mempopulerkan kata Irian sebagai akronim dari Ikut Republik Anti Nederland (Koentjaraningrat, 1993).
Sebelumnya pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1969 berubah menjadi Provinsi Irian Barat.
Pada tahun 1973 ketika Presiden Soeharto meresmikan tambang emas PT Freeport di Tembagapura-Timika kembali mengganti Irian Barat menjadi Irian Jaya.
Perubahan Irian Jaya kembali menggunakan nama Papua oleh Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) setelah lahir dan berlakunya UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua pada tahun 2003.
Pada tahun 2004 Papua bagian barat (Kepala Burung) berusaha memekarkan diri menjadi Irian Jaya Barat yang pada tahun 2006 berubah menjadi Provinsi Papua Barat. Sehingga keseluruhan pulau Papua sering disebut Tanah Papua.