Kita tidak perlu heran bahwa Raja Arab Saudi dan keluarganya bahkan rakyatnya hidup mewah bergelimangan harta dan dangat sehjatera. Beberapa di antaranya bahkan memiliki pundi-pundi kekayaan yang amat banyak.

Salah satu tokoh keluarga kerajaan Arab yang paling menjadi sorotan adalah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud. Pria berusia 80 tahun ini diangkat menjadi raja menggantikan kakaknya, Raja Abdullah, yang meninggal dunia pada 25 Januari 2015 silam.

Lahir dan besar di keluarga bangsawan membuat Raja Salman lekat dengan gaya hidup mewah. Dalam setiap kunjungannya ke beberapa negara, ia kerap menarik perhatian karena perlakuan istimewa yang diberikan kepadanya.

Selain kaya, Raja Salman ternyata juga dermawan, ia menghibahkan kekayaannya untuk amal. Hingga saat ini kerajaan Arab Saudi telah menyumbang sebanyak US$ 115 miliar untuk 90 negara di dunia.

Setelah dilantik, Raja Salman juga dilaporkan membagikan US$ 20,7 miliar untuk donasi bagi warganya.

Kekayaan tersebut tak serta merta didapati para raja di Arab. Dari manakah asal-usul sumber kekayaan tersebut? Salah satunya berasal dari minyak.

Yang tak banyak diketahui orang, sumber minyak berlimpah baru ditemukan di Arab Saudi pada 3 Maret 1938.

Harta Karun Minyak

Kala itu, Raja Arab Saudi Abdul Aziz bin Abdul Rahman Alu Saud menyewa sekelompok insinyur asal Amerika Serikat untuk mengeksplorasi gurun luas yang berbatasan dengan Teluk Persia. Sebuah lanskap kering kerontang, hanya ditandai segelintir pohon palem yang menjulang.

Sang raja yang tak seberapa kaya itu berharap, bisa menemukan sumber air, sebagai pelepas dahaga bagi rakyat beserta tunggangannya, kuda maupun unta.

Namun, ada hal lain yang terlintas di benak tim ahli dari Standard Oil of California. Seperti dikutip dari Time.com, minyak kala itu sudah ditemukan di negara lain di wilayah itu. Dan para insinyur berharap mereka akan menemukannya berlimpah di Arab Saudi.

Selama 4 tahun mereka telah mengebor lebih dari setengah lusin lubang, hasilnya sia-sia. Di tengah keputusasaan mereka menggali lebih dalam pada sumur No 7 di Dhahran. Hingga kedalaman 4.727 kaki atau 1440,7 meter di perut Bumi.

Upaya itu akhirnya membuahkan hasil. Pada 3 Maret 1938, mereka menemukan apa yang kemudian menjadi sumber minyak mentah terbesar di dunia.

Awalnya sang raja tak begitu tertarik mendengar kabar itu. Hingga akhirnya, setahun kemudian, ia bersama rombongannya yang terdiri dari 400 mobil tiba di stasiun pemompaan Ras Tanura, menjadi saksi tanker pertama yang mengangkut kargo berisi minyak mentah Arab Saudi.

Penemuan minyak itu mengubah sejarah Arab Saudi, Timur Tengah, dan juga seluruh dunia.

“Minyak seperti hewan liar, siapa yang bisa menangkapnya akan mendapatkan segalanya,” demikian ungkapan yang pernah diucapkan industrialis Amerika Serikat, J. Paul Getty, seperti dikutip dari CNN.

Arab Saudi yang awalnya dikenal terkait 2 hal: padang pasir yang luas dan rumah bagi sejumlah situs suci Agama Islam, sontak berubah menjadi salah satu negara paling kaya di dunia dan memiliki kekuatan ekonomi paling signifikan. Yang memiliki posisi tawar terkait pasokan energi global. Menjadi negara ‘petro dollar’.

Penduduk Arab awalnya nomaden, mengandalkan pendapatan dari para jemaah yang beribadah ke Mekah dan Madinah. Setelah minyak ditemukan, negeri tersebut membangun infrastruktur yang kuat, terdiri atas sumur-sumur minyak, pipa, kilang, dan pelabuhan.

Jadi tentu saja negara Arab Saudi itu menjadi negara maju dan makmur bukan karena banyak bermimpi tapi karena memiliki pemimpin negara yang pandai mengatur pemerintahan dengan baik. Ayo, dapatkan informasi menarik lainnya dari indonesiar.com.