Pemilik awal bisnis itu adalah seorang wanita bernama Kitty Schmidt, sekaligus pemilik fasilitas itu selama hidupnya –di mana nama depannya dijadikan nama tempat tersebut.

Dikutip dari The Vintage News pada Selasa (12/11/2019), tujuan rumah bordil itu adalah untuk menggoda warga terhormat Jerman dan kalangan diplomat menggunakan wanita dan alkohol untuk mengorek pendapat jujur mereka tentang Nazi.

Rumah bordil itu beroperasi sepenuhnya hingga diledakkan dengan bom pada 1942 dan dirubuhkan seluruhnya hingga kemudian kehilangan peran pentingnya.

Ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan pada 1933, pemilik Salon Kitty secara rahasia mengirimkan uang ke beberapa bank Inggris melalui para pengungsi yang melarikan diri. Kitty tidak mengetahui masa depannya dan berupaya membuat rencana darurat.

Namun demikian, ketika ia ikut hengkang bersama dengan para pengungsi pada 28 Juni 1939, Kitty diringkus di perbatasan dengan Belanda oleh pihak Sicherheitsdienst dan dibawa kembali ke Berlin.

Walter Schellenberg, seorang perwira kontra-intelijen Sicherheitsdienst memberi pilihan baginya, untuk bekerja untuk Nazi atau diseret ke kamp konsentrasi. Kitty setuju untuk mengusahakan rumah bordil spionase di Berlin.

Gagasan penggunaan Kitty Salon untuk menjadi tempat spionase berasal dari Reinhard Heydrich, yang saat itu berpangkat jendral SS, sekaligus menjadi kepala polisi Nazi Jerman.

Perwira-perwira lain dianjurkan melakukan inflitrasi ke rumah bordil, tapi Heydrich melangkah lebih maju dan memasang perangkat mata-mata di seluruh gedung untuk mereka apapun yang dibicarakan para pelanggan di dalam kamar.

Rubanah bangunan dipakai sebagai bengkel kerja atau pos menguping. Ada 5 agen yang terus mendengarakan dan mempersiapkan transkrip pembicaraan dalam ruang-ruang cinta di lantai atas.

Kamar-kamar cinta di sana dilengkapi dengan perabot mewah untuk masa itu dan para wanita penghiburnya dilatih untuk menggoda para pelanggan agar mengatakan segalanya.

Menurut edaran yang dipersiapkan oleh kesatuan administratif Schelleberg, wanita yang dicari adalah mereka yang cerdas dan memiliki ketrampilan beberapa bahasa, terutama mereka dengan cara pandang nasionalistik dan gandrung pada lelaki.

Sewaktu mencari para wanita itu, beberapa PSK lokal ditangkap dan beberapa wanita cantik di antaranya dipilih untuk bekerja di rumah bordil tersebut.

Kemudian, para wanita itu mendapat pelatihan operasi dan cara menggoda kaum pria agar mendapat sebanyak mungkin informasi.

Para wanita itu tidak diberitahu bahwa ada mikrofon dipasang di kamar-kamar, tapi mereka diminta untuk mengirimkan laporan setelah mendengar informasi tertentu saat melayani para petinggi dan diplomat.

Beberapa orang penting yang pernah menjadi tamunya adalah Reinhard Heydrich, Joseph Dietrich, Galeazzo Ciano, dan Joseph Goebbels. Untuk diketahui, Galeazzo Ciano adalah menantu diktator Benito Mussolini dari Italia. Ciano tidak terlalu suka dengan Nazi Jerman.

Namun demikian, kaum elite Jerman sering berkunjung. Saat kunjungan mereka, mikrofon dimatikan dan mereka bisa berbuat sebebas-bebasnya dengan para PSK.

Heydrich beberapa kali mengunjungi rumah bordil bersama-sama dengan Jenderal Sepp Dietrich dari SS. Sang jenderal memesan semua PSK di sana—ada 20 orang—untuk berpesta orgy semalam suntuk.

Joseph Goebbels juga mengunjungi Kitty dan dilaporkan menikmati sajian lesbian, yang saat itu dipandang antisosial bagi masyarakat Jerman.

Jumlah pelanggan rumah bordil berkurang dengan pesat dengan dimulainya perang di Eropa dan serangan udara pada Juli 1942 menghancurkan fasilitas itu. Rumah bordil dipindah ke tempat lain.

Segera sesudah pemboman itu, pihak Sicherheitsdienst meminta Kitty melanjutkan tugasnya dengan ancaman tutup mulut tentang keterlibatan Nazi.

source: vitage news