Momen Jokowi dan Prabowo Debat Unicorn ‘Online-online’ ternyata sangatlah menarik untukĀ  dibahas. Ada 4 perusahaan unicorn di Indonesia, yakni Go–Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Pembahasan mengenai unicorn ramai disorot usai Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) melontarkan pertanyaan ke Prabowo Subianto dalam debat Capres 2019. Ada perbedaan pandangan dari Jokowi dan Prabowo soal unicorn Indonesia.

Di satu sisi Jokowi membanggakan unicorn-unicorn Indonesia. Di sisi lain, Prabowo khawatir perkembangan unicorn malah akan membuat uang-uang Indonesia kabur ke luar negeri.

“Jadi kalau ada unicorn-unicorn, ada teknologi hebat, saya khawatir ini nanti mempercepat nilai tambah dan uang uang kita lari keluar negeri. Ini yang saya khawatir,” ujar Prabowo dalam debat semalam.

Kekhawatiran Prabowo ini mungkin bukan tanpa alasan. Sebab, bila menelisik lebih dalam tentang unicorn-unicorn di Indonesia, memang lebih banyak dikuasai asing. Rata-rata unicorn Indonesia mendapatkan modal dari investor asing.Unicorn yang Dibanggakan Jokowi saat Debat ternyata dimiliki mayoritas oleh orang asing.

Bahkan, Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, rata-rata saham pendiri unicorn di Indonesia di bawah 10%. Namun, memang ia mengakui bahwa hal itu masih sulit dibuktikan.

“Unicorn rata-rata saham founder di bawah 10%. BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) no comment. Khawatir dikritik anti unicorn,” kata Bhima kepada detikFinance, Jakarta, Senin (18/2/2019).

Contohnya, pada akhir 2018 lalu Tokopedia pernah merilis pendanaan baru sebesar US$ 1,1 miliar atau setara dengan Rp 15,95 triliun (asumsi kurs saat itu US$ 1=Rp 14.500).
Mengutip publikasi yang disampaikan Tokopedia saat itu, pendanaan ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group dengan partisipasi Softbank Ventures Korea, serta investor-investor Tokopedia sebelumnya.

Kemudian dalam sebuah dokumen terungkap siapa saja pemodal di balik marketplace tersebut. Media KrAsia mendapat dokumen struktur perusahaan dan pemegang saham Tokopedia dari BKPM.

Dokumen itu menyebutkan PT Tokopedia merupakan perusahaan investasi asing yang memiliki modal dengan total Rp 339,17 miliar (Rp 339.171.883.000). Modal ini didapat dari total enam putaran investasi, seri A hingga F.

Pemegang saham tertinggi di Tokopedia dipegang oleh SVF Investment (UK) Limited atau SoftBank Vision Fund tercatat yang paling besar memegang saham Tokopedia sebesar 29,45% di mana masuk pada putaran ke-6.

Sedangkan Taobao China Holdings, perusahaan di bawah Alibaba menguasai 25,19%. Dokumen tersebut juga menyebutkan pendiri sekaligus CEO Tokopedia, William Tanuwijaya dan wakilnya Lenotinus Alpha Edison masing-masing memegang sekitar 5,6% dan 2,3% dari total saham yang dikeluarkan.

Beberapa pemegang saham lain yang nilainya di bawah 10% di antaranya; SB Group (Di antaranya SB Global Champ Fund, SB Global Star, SBI Ven Holding) menguasai 8,85%. Sementara SCI Investment, Sequoia Capital India memiliki 9,67%.

Selain Tokopedia, bocoran tentang unicorn di sektor transportasi, yakni Go-Jek juga pernah tersebar lewat informasi dari firma konsultasi investasi Momentum Works.

Dokumen tersebut berasal dari berkas-berkas yang diserahkan Go-Jek dalam proses sesi pendanaan terkini. Informasi dari Momentum Works membeberkan sebagian komposisi dewan direksi dan dewan komisaris Go-Jek, berikut beberapa pemegang sahamnya.

Menurut keterangan Momentum Works, CEO sekaligus pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim, duduk di kursi dewan direksi bersama enam orang lain yang sebagian besar merupakan koleganya.

Nadiem disebutkan memiliki 58.416 lembar saham atau 4,81% dari total saham Go-Jek. Ia merupakan individu pemegang saham terbesar di perusaahaan. Sisanya, dipegang oleh banyak pihak lain.

Namun memang, dokumen tersebut masih belum bisa dibuktikan kebenarannya. Sebab, para unicorn di Indonesia memang tidak pernah membuka data persentase kepemilikan sahamnya.

“Berapa persennya tidak di disclosed. Startup unicorn memang mengandalkan modal asing dalam jumlah yang cukup dominan untuk jalankan bisnisnya. Ketika masuk modal asing, kedaulatan data, dan produk yang ada di startup menjadi tergadaikan,” kata Bhima.


Source: Detik.com