Kecoak dikenal sebagai serangga yang kotor dan menjijikkan. Namun, untuk sebagian orang kecoak justru menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Bahkan, bisa menjadi solusi untuk mengatasi limbah atau sampah.
Seperti dilansir Reuters, pekan lalu (10/12/2018), pesatnya pertumbuhan kota di Tiongkok menimbulkan masalah utama berupa limbah sisa makanan yang menggunung. Kecoak dianggap bisa menjadi solusi terhadap masalah tersebut.
Di pinggiran Kota Jinan, Ibukota Provinsi Shandong Timur, ada sebuah peternakan dengan miliaran kecoak yang memiliki tugas mulia untuk melahap 50 ton limbah dapur setiap harinya. Volume limbah dapur itu beratnya setara dengan tujuh ekor gajah dewasa.
Peternakan tersebut diatur agar udara tetap hangat dan lembap demi menjaga kesehatan dan nafsu makan kecoak. Kota-kota Tiongkok menghasilkan lebih banyak limbah makanan daripada limbah lainnya di tempat pembuangan sampah.
Sampah tiba sebelum fajar di peternakan yang dijalankan oleh Shandong Qiaobin Agricultural Technology Co. Limbah dapur tersebut disalurkan melalui pipa ke area kecoak.
Shandong Qiaobin berencana mendirikan tiga peternakan serupa pada tahun depan. Tujuannya memproses sepertiga dari limbah dapur yang diproduksi oleh sekitar tujuh juta orang di Jinan.
Larangan nasional menggunakan limbah makanan sebagai pakan babi karena demam flu babi Afrika beberapa waktu lalu juga memacu pertumbuhan industri kecoak. Hal itu menyebabkan mereka beralih ke kecoak.
“Kecoak adalah sebuah jalur bio-teknologi untuk mengubah dan memproses limbah dapur,” kata Liu Yusheng, Presiden Asosiasi Industri Serangga Shandong dikutip Inside Edition(11/12).
Bahkan ketika kecoak itu mati, semua akan digiling untuk digunakan sebagai sumber protein untuk ternak atau untuk penggunaan umum mereka dalam obat tradisional. Mereka bahkan dijual saat masih hidup ke perusahaan penelitian medis.
“Ini seperti mengubah sampah menjadi komoditas, mengubah sampah menjadi sumber daya,” kata Li Hongyi, ketua Shandong Qiao Bin Agricultural Technology Co Ltd.
Selain Shandong, ada juga beberapa perusahaan pengolahan limbah lainnya di Tiongkok. Di sebuah desa terpencil di provinsi Sichuan barat daya, Li Bingchai memiliki gagasan serupa.
Li yang sebelumnya adalah vendor ponsel, telah menginvestasikan satu juta yuan (146.300 dolar AS) dalam kecoak, yang dia jual ke peternakan babi dan perikanan sebagai pakan dan kepada perusahaan obat sebagai bahan obat.
“Orang-orang mengira aneh kalau saya melakukan bisnis semacam ini,” kata Li. “Ini memiliki nilai ekonomi yang besar, dan tujuan saya adalah memimpin penduduk desa lainnya menuju kemakmuran jika mereka mengikuti kepemimpinan saya.”
Li saat ini seperti dilansir Noqreport (16/12) sudah mengoperasikan dua peternakan di provinsi Sichuan yang mampu menampung 3,4 juta kecoak. Namun, ia berencana memiliki dua puluh peternakan lainnya.
Di negara lain yang menghasilkan banyak limbah makanan, seperti Amerika Serikat, mereka lebih memfokuskan bagaimana caranya untuk mengurangi berapa banyak makanan yang terbuang daripada mencari cara yang lebih efisien untuk membuangnya.
Masalah limbah makanan di negara-negara maju ini tidak jauh dari masalah logistik yang disebabkan oleh jumlah limbah dan semua itu hanya masalah moral. Orang-orang membuang begitu banyak makanan, sementara hampir satu miliar orang di seluruh dunia berjuang untuk mencari makan.
Kecoak untuk pengobatan
Perusahaan lain di provinsi Sichuan, Goodoctor, juga memiliki peternakan serupa. Namun peruntukannya berbeda.
Goodoctor membudidayakan 6 miliar kecoak dewasa per tahun untuk pengobatan. Peternakan kecoak ini pun menjadi yang terbesar di dunia.
Wen Jianguo, manajer Gooddoctor, mencatat bahwa kecoak digunakan sebagai bahan baku dalam pengobatan tradisional Tiongkok. “Esensi dari kecoak baik untuk menyembuhkan bisul mulut dan peptik, luka kulit, dan bahkan kanker perut,” ujarnya.
DI Tiongkok, para ilmuwan juga melakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak kecoak dalam masker kecantikan, pil diet dan bahkan perawatan rambut rontok.
Di Gooddoctor, ketika kecoak mencapai akhir masa hidup mereka sekitar enam bulan, mereka dihancurkan oleh uap, dicuci, dan dikeringkan, sebelum dikirim ke tangki ekstraksi nutrisi besar.
Lalu bagaimana jika kecoak-kecoak itu melarikan diri? Wen pun sudah memiliki tindakan pencegahan.
“Kami memiliki parit yang diisi air, dan di dalam air, ada ikan. Jika kecoak melarikan diri, mereka akan jatuh ke parit, dan ikan akan memakan mereka semua, ”kata Wen.
Tak hanya itu, sejumlah penelitian tentang kemampuan biologis kecoak yang terbilang inspiratif pun berkembang.
Salah satunya tim ilmuwan inStem dari India. Pada 2016 mereka menemukan bahwa susu kecoak berjenis Diploptera punctata merupakan yang paling bernutrisi dan berkalori tinggi dibanding susu kerbau ataupun sapi.
Diploptera punctata, yang hidup di kawasan Pasifik, termasuk Indonesia, memberi makan anak-anaknya dengan mengeluarkan sejenis “susu” yang kaya akan kristal protein.(*)
source: radarcirebon