JEPANG telah menjadi invator dalam pengembangan industri, terutama berkat sistem manajerial dan administrasi yang efisien. Terlepas dari daya tahan, kualitas dan pengerjaan, biaya rendah membuat barang-barang buatan negeri Sakura ini sangat populer di seluruh dunia. Barang-barang Jepang telah hampir mematikan  barang-barang konsumen dan barang modal yang dululnya buatan Amerika.

Pada tahun 1800an ketika pasukan Amerika dan Eropa melakukan serangan di seluruh Asia untuk penjajahan dan perdagangan, Jepang  sama sekali menolak menyetujui persyaratan perdagangan barat. Ketika pada tahun 1853, Kapten angkatan laut Amerika Perry tiba di Jepang untuk “membuka perdagangan”, sebenarnya lebih merupakan ancaman seperti ini: “buka atau kita buka paksa”. Jepang pada saat itu sudah memilik industri tenun kain sutra dan mainan robotik mekanis yang sudah terkenal sampai ke Amerika. Pada waktu itu Perry datang dengan kapal angkatan laut yang dilengkapi dengan senjata meriam terbaru saat itu. Ketika Perry tiba untuk kedua kalinya, dia datang dengan dua kali jumlah kapal. Demi menghindari kekalahan, Shogun Jepang terpaksa menyetujui semua persyaratan.

Perry kembali pada tanggal 13 Februari 1854, setelah hanya setengah tahun dan bukan tahun penuh seperti yang dijanjikan, dan dengan sepuluh kapal dan 1.600 orang. Kedua tindakan tersebut untuk memberi tekanan lebih pada Jepang. Setelah perlawanan awal, Perry diizinkan mendarat di Kanagawa, di dekat lokasi Yokohama sekarang pada tanggal 8 Maret 1854, di mana, setelah negosiasi berlangsung selama sekitar satu bulan, Konvensi Kanagawa ditandatangani pada tanggal 31 Maret 1854. Perry menandatangani sebagai orang Amerika yang berkepentingan penuh, dan Hayashi Akira, yang juga dikenal dengan gelarnya Daigaku-no-kami yang ditandatangani untuk tim Jepang.

Pada awalnya, istilah perdagangan barat selalu tidak adil terhadap Jepang. Namun perlahan, Jepang belajar politik barat, mengadaptasi teknologi barat, dan pada akhir tahun 1800an, Jepang telah melakukan industri dan menjadi kekuatan super Asia. Jepang adalah negara Asia pertama yang sepenuhnya merangkul perdagangan internasional dan politik internasional, sehingga memberi perusahaan Jepang keunggulan di awal permainan.

Tahukah kamu, kemajuan negeri Samurai ini dimulai jauh sebelum kalahnya Jepang di perang dunia ke 2. Sejak periode Meiji, Jepang tidak luput upaya untuk mempromosikan industrinya dan keuntungan materialistis dari perdagangan. Dari waktu ke waktu, perubahan kebijakan utama – baik ekonomi maupun politik – dilakukan untuk pengembangan ekonomi lebih lanjut; dorongan yang diberikan kepada industri skala kecil pada periode awal program pembangunan ekonomi Jepang adalah contoh kasusnya.

Penerapan teknologi asing

Sampai beberapa dekade yang lalu, Jepang sangat bergantung pada teknologi – bukan modal – yang dipinjam dari Barat. Sebagian investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi berasal dari sektor pertanian. Dan tak lama kemudian, perdagangan luar negeri menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Jepang. Teknologi Asing yang masuk ke Jepang dimulai jauh pada jaman 500an masehi dengan mengimpor budaya dan teknologi dari daratan China sampai abad ke 17 dengan mengimpor persenjataaan dan teknologi pengolahan roti dari Portugis, Jerman dan Belanda.

Pabrik kapal besar seperti Tsuneishi Shipbuilding mengimpport bahan baku dan material dari seluruh penjuru dunia. Tsuneishi Shipbuilding juga berinvestasi dengan membuat galangan kapal di Batam indonesia.

Impor bahan material yang mengatur ekonomi Jepang di jalur kebangkitan adalah aluminium, nikel, bijih besi, minyak mentah, tembaga, dan sebagainya. Tapi proses pembangunan mendapat dorongan hanya ketika ekspor mesin dan peralatan pengolahan logam, dan produk logam turun dipelabuhan Jepang dan dipergunakan untuk meniru buatan Eropa. Selang beberapa periode, jam tangan Jepang yang tipis murah dan berkualitas tinggi, instrumen presisi dan perangkat ilmiah menjadi sangat diminati di pasar dunia.

Sejak awal, sistem manufaktur dan produksi Jepang sangat terorganisir dan diatur oleh perkembangan sains dan teknologi. Kemajuan menuju industrialisasi itu mungkin terjadi karena:

i) semangat industrial yang giat;

ii) persaingan yang ketat antar industrialis;

Iii) mobilitas kerja yang sempurna; dan

iv) investasi pemerintah yang besar, yang membantu meningkatkan produktivitas industri.

Penting juga diberikan pada pengembangan yang direncanakan, di mana industri berikut mendapat fokus:

i) barang optik dan listrik;

ii) bantalan, peralatan mesin dan mesin;

Iii) industri berat besi dan baja;

iv) pengolahan logam non-ferrous, dan

v) pertambangan, manufaktur dan penggalian.

Perkembangan industri ini, pada gilirannya, membantu meningkatkan produktivitas di sektor barang konsumsi dan barang modal. Di ranah pengembangan industri, optimal penggunaan modal dan teknologi, dan inovasi pun mendapat pengakuan. Namun, emp hasis juga diberikan untuk produktivitas tenaga kerja dalam industri yang berbeda.

Langkah menuju sukses

Perencanaan ekonomi ditujukan untuk menggandakan pendapatan nasional dalam jangka waktu dan menghasilkan lebih banyak pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakatnya. Metode perencanaan semacam ini dapat dilacak pada periode Meiji, yang membawa sebuah revolusi dalam mekanisme pengerjaan. Namun, hal itu telah menghasilkan tingkat produktivitas ekspor yang tinggi dalam perekonomian nasional. Jepang telah memproduksi tidak hanya untuk pasar domestiknya tapi juga untuk internasional.

Rahasia pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat adalah hubungan yang baik antara manajemen dan tenaga kerja. Orang Jepang tidak percaya pada aksi mogok dan demosntrasi tidak berguna karena mereka berdedikasi pada pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka. Menariknya, perusahaan Jepang tidak memandang hubungan pekerja pekerja sebagai kontrak kerja tetapi sebagai bagian dari anggota keluarga yang sama. Perusahaan tersebut memenangkan loyalitas karyawan dengan sikap layaknya seperti orang tua sendiri – lebih dipengaruhi oleh pertimbangan manusiawi, bukan ekonomi, dalam urusannya. Kemajuan bersama adalah tujuan utama dan bukan keuntungan uang semata. Orang Jepang memiliki kebiasaan menabung yang kuat, dan sering termotivasi untuk berinvestasi demi pengembangan industri dan kemakmuran.

Walaupun memiliki sedikit industri tambang dalam negeri, Jepang terus berinovasi membangun pabrik dan permesinan alat berat untuk mendukung industri pertambangan diseluruh dunia. Gambar diatas menunjukkan Dump truck dan alat berat buatan Komatsu.

Sumber daya alam sangat langka di Jepang, hal ini memakasa industri mengimport sejumlah bahan baku. Hal ini secara berkala menyebabkan masalah neraca pembayaran, dan keterlambatan pengiriman yang memperlambat pertumbuhan ekonomi. Namun, hal itu berhasil diatasi berkat perluasan ekspansi pabrik ke luar Jepang. Jepang kini telah menjadi negara surplus dengan cadangan devisa yang besar.

Hubungan antara manajemen ketenagakerjaan dengan lembaga keuangan terutama diarahkan untuk meningkatkan prospek ekspor. Sektor pertanian selalu diminta untuk mengikuti arah pertumbuhan industri, yang telah menyebabkan peningkatan aktivitas alat industri pendukung agro-industri selama bertahun-tahun. Metode pertanian ilmiah dan penekanan pada inovasi dalam ranah perencanaan industri adalah kunci sukses Jepang menjadi salah satu produsen alat pertanian terkemuka di dunia.

 

Pandangan orang Jepang

Orang Jepang itu bekerja dengan budaya omotenashi atau bekerja dengan penuh perhatian dan sepenuh hati. Budaya materialistis dalam pandangan mereka juga menjadi kesadaran spiritual dalam memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi sehari-hari. Akibatnya, saat bekerja – baik di lapangan, peternakan atau pabrik – mereka selalu berusaha mencapai produktivitas dan kemajuan sebaik mungkin tanpa ada pemikiran untuk menipu dan bertindak curang. Mungkin, alasan utama mengapa barang-barang Jepang dianggap identik dengan kualitas tinggi.

Sebuah papan iklan di depan kantor agen real estat di Ebisu, Tokyo. Hampir 40 persen penduduk asing yang telah mencari perumahan dalam lima tahun terakhir mereka di Jepang telah ditolak di beberapa titik, menurut sebuah survei Kementerian Kehakiman baru-baru ini. | MAGDALENA OSUMI

Didaratan Jepang, secara umum orang Jepang tidak begitu menyukai orang bule terutama jika orang bule pendatang tersebut tidak bisa berbahasa Jepang dan berasal dari Amerika Serikat. Di Jepang ada banyak kasus kekerasan yang dilakukan personil militer Amerika pada penduduk setempat. Rasa marah sebagai bangsa terjajah dinegeri sendiri ini ditambah dengan sentimen negatif dari negara tetangganya seperti Korea, China dan Taiwan.

Jepang moderen lebih memilih untuk mendekatkan industrinya ke negara Asia Tenggara dan daratan India serta Australia. Mungkin ini terjadi karena sentimen negatif mereka pada masa penjajahan Amaerika. Di Asia, Jepang menjadi satu-satunya negara berdaulat yang tidak memilik angkatan bersenjata resmi yang bertugas bertahan ataupun menyerang negara lain yang mengancam keberadaannya.

Orang Jepang memiliki karakteristik unik yang menekankan bahwa hidup hanya terjadi satu kali. Dedikasi mereka untuk bekerja datang dari dorongan diri sendiri sehingga mereka selalu mau belajar, terutama perkembangan sains dan teknologi. Mereka sangat mementingkan pendidikan, yang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi apabila anda orang Indonesia dan berbicara dengan bahasa Inggris dengan orang Jepang, anda tetap memiliki jarak. Orang Jepang lebih berhubungan akrab dengan orang Indonesia yang mempelajari bahasa dan budaya mereka ataupun mereka yang belajar berbahasa dan budaya Indonesia dengan anda.

Terlepas dari kekalahan Jepang di perang dunia kedua yang diikuti oleh masa penjajahan Amerika serikat selama lebih dari 50 tahun, kaum industrialis Jepang hanya merecanakan persaingan positif dibidang industrilah sebagai balasan akan kepedihan jaman bom nuklir tersebut. Hal ini terbukti dengan kemampuan Jepang yang merajai ekonomi industri otomotif dan industri turunan elektronik di Amerika Serikat yang telah mepekerjakan lebih  dari 50 juta warga negara Amerika serikat.

Negara-negara Asia lainnya sedikit terlambat untuk memulai industrinya, karena itulah kita baru mulai melihat perkembangan China, Korea, dan bisnis Asia lainnya yang tak terhitung jumlahnya.