Seorang warga negara Cina terkena tuntutan hukum di Amerika Serikat karena diduga berkonspirasi dengan entitas dari Tentara Pembebasan Rakyat Cina untuk mengirimkan peralatan anti-kapal selam ke negara komunis itu. Shuren Qin, yang merupakan penduduk tetap di Massachusetts, AS, diduga mendapat pesanan dari Northwester Polytechnical University, NWPU, yang berbasis di Xi’an, untuk mendapatkan sejumlah peralatan anti-kapal selam dari AS. Otoritas AS menyebut universitas itu sebagai institut riset dari militer Cina.
Jaksa penuntut federal menuntut Shuren Qin, 41 tahun, telah mengirim 78 peralatan hydrophone ke universitas itu pada Juli 2015 – Desember 2017. Hydrophone ini berfungsi untuk mendeteksi atau memonitor suara di bawah air. Pemerintah Cina membangun armada kapal selam nirawak dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence untuk mengimbangi pergerakan pasukan AS di Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik Barat.
“Qin ditangkap pada Kamis pekan lalu dan didakwa pada Selasa pekan ini terkait tuduhan berkonspirasi untuk melanggar undang-undang ekspor AS serta dua tuduhan terkait penipuan visa,” begitu dilansir CNN pada 25 Juni 2018. Situs dari NWPU melansir kampus ini terafiliasi dengan kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina. Kampus ini juga mengklaim sebagai satu-satunya lembaga berorientasi riset dan bersifat multidisiplin di Cina untuk mengembangkan teknologi penerbangan, luar angkasa, dan kelautan.
Kementerian Perdagangan AS memasukkan NWPU sebagai salah satu potensi gangguan keamanan nasional pada 2001 karena hubungan dekat dengan PLA.
Pemerintah Cina, seperti dilansir Reuters dan SCMP, sedang mengupgrade berbagai sistem persenjataan darat, laut dan udara terkait konflik Laut Cina Selatan. Baru-baru ini, misalnya, Angkatan Laut Cina meluncurkan dua kapal penghancur terbesar di dunia.
Pemerintah juga membangun pusat uji coba terbesar di dunia untuk kapal nirawak dan kapal selam nirawak, yang berbasis di Kota Zhuhai, Guandong, Cina. Untuk kapal selam nirawak ini, pemerintah melibatkan sejumlah insinyur dan ahli komputer untuk merancang sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence, yang membuat kapal selam bisa bekerja sendiri untuk mencapai target yang diperintahkan.
Kapal selam nirawak ini bekerja dalam sistem persenjataan terintegrasi dengan sistem persenjataan lain seperti di darat, laut, udara dan luar angkasa untuk mengerjakan tugas yang diembannya.
Kapal selam nirawak generasi kedua ini bakal berukuran besar meski tidak sebesar kapal selam berawak. Nantinya, kapal selam nirawak ini bakal membawa berbagai jenis rudal, torpedo dan peralatan pemantauan dan pengintaian canggih untuk mengincar posisi kapal-kapal musuh Cina dan menghancurkannya.