Sejarah berdirinya kerajaan Majapajhit twntu memiliki sejarah perjalanan panjang. Keturunan ken Arok justru tersingkir dari tahta Kerajaan Singosari, setelah pendiri Singosari bergelar Sri Rangga Rajasa itu meninggal dunia. Tragis! Kursi tahta justru diwarisi oleh keturunan Ken Dedes dari mendiang suaminya, Tunggul Ametung.
Dari silsilah yang dihimpun dari berbagai sumber, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari dan memerintah dari tahun 1.222 Masehi hingga tahun 1247 Masehi. Setelah meninggal dunia, pewaris tahta selanjutnya adalah Anusapati, putra Ken Dedes dari benih Tunggul Ametung.
Anusapati memerintah Kerajaan Singasari hanya sekitar dua tahun saja, yakni antara tahun 1247 Masehi hingga 1249 Masehi. Tahta selanjutnya dipegang oleh Panji Tohjaya, putra Ken Arok dari istri pertama bernama Ken Umang. Panji Tohjaya memerintah juga sangat sebentar, tak lebih dari satu tahun, yakni sekitar 1249 Masehi hingga 1250 Masehi. Tahta keempat dan kelima, justru dikuasai oleh keturunan Ken Dedes dari Tunggul Ametung.
Raja keempat Singosari adalah Ranggawuni atau Wishnuwarddhana (1250-1269 Masehi) yang memerintah cukup lama, sekitar 19 tahun. Tahta berikutnya diserahkan putranya, Sri Kertanagara yang memerintah sangat lama, sekitar hampir 30 tahun, dari 1269-1292 Masehi.
Tahta Sri Kertanegara berakhir setelah digempur Jayakatwang, Adipati Gelang gelang (sekarang Madiun, Jawa Timur). Jayakatwang tidak meneruskan tahta Singosari, tetapi mendirikan kerajaan baru bernama Kadiri, kerajaan terdahulu yang pernah runtuh akibat gempuran pasukan Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok.
Sebentar saja, Jayakatwang berhasil ditumpas Raden Wijaya melalui tangan pasukan Tartar dari kerajaan besar Mongolia dengan raja legendaris, Khubilai Khan. Setelah berhasil menumpas Jayakatwang, pasukan Tartar dihabisi pasukan Raden Wijaya dan berdirilah Majapahit. Siapa Raden Wijaya? Pendiri Majapahit ini putra Dyah Lembu Tal putra Mahesa Cempaka (Narasinghamurti) putra Mahesa Wong Ateleng putra Ken Arok dengan Ken Dedes.
Jika ditulis menggunakan silsilah ala Islam: Raden Wijaya bin Dyah Lembu Tal bin Maseha Cempaka bin Maseha Wong Ateleng bin Ken Arok. Dengan begitu, Raden Wijaya adalah keturunan keempat Ken Arok atau Sri Rangga Rajasa, pendiri Singasari. Keturunan keempat dalam bahasa Jawa disebut canggah, sedangkan keturunan ketiga disebut buyut dan keturunan kedua disebut putu atau cucu. Jadi, Ken Arok disebut “simbah canggah” Raden Wijaya.
Menurut catatan sejarah versi Nagarakretagama (naskah yang diakui Unesco sebagai warisan ingatan dunia), keturunan Ken Arok sama sekali tidak menduduki tahta kerajaan yang dibangunnya. Sebab, raja selanjutnya sepeninggal Ken Arok adalah Anusapati, putra Ken Dedes dari mendiang suaminya, Tunggul Ametung. Selanjutnya, tahta diwarisi putranya, Wisnuwardhana (Ranggawuni), lalu Kertanegara.
Keturunan Ken Arok pun tersingkir dari tahta yang dibangunnya sendiri. Namun, setelah Kertanegara lengser keprabon akibat pergolakan politik, baik di dalam negeri maupun luar negeri, Raden Wijaya sebagai keturunan keempat Ken Arok dan Ken Dedes tampil sebagai tokoh yang mendirikan Dinasti Majapahit.
Cerita singkatnya begini. Perkawinan Tunggul Ametung dan Kendedes melahirkan anak bernama Anusapati. Tunggul Ametung meninggal dibunuh Ken Arok menggunakan keris Empu Gandring. Ken Dedes yang menjadi janda anak satu, dinikahi Ken Arok. Sementara Ken Angrok sudah memiliki istri bernama Ken Umang. Dengan begitu, Anusapati adalah anak tiri Ken Arok.
Setelah dewasa, Anusapati membunuh ayah tirinya (Ken Arok) menggunakan keris Empu Gandring yang pernah digunakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, bapak asli Anusapati. Setelah naik tahta, Anusapati menjadi raja Singosari yang kemudian diwarisi anak-anaknya. Hingga suatu ketika, Raja Singasari bernama Sri Kertanagara, cucu Anusapati atau buyut Tunggul Ametung dan Ken Dedes, harus lengser keprabon akibat digempur pasukan Jayakatwang, Bupati Gelanggelang.
Sebelumnya, Kertanagara pernah memotong telinga dan melukai utusan atau duta Kubilai Khan yang meminta agar Singasari tunduk di bawah kekuasaan Kekaisaran Mongol. Tak terima dengan perlakuan dari Raja Jawa itu, Kubilai Khan murka dan mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk menggempur Singasari.
Saat tentara Tartar datang ke Jawa, Kertanegara ternyata sudah dikalahkan Bupati Gelanggelang, Jayakatwang. Nasib apes menimpa Jayakatwang karena harus menghadapi gempuran tentara Mongol. Raden Wijaya yang terhitung masih kerabat Kerajaan Singosari memanfaatkan situasi ini dengan baik. Ia berkoalisi dengan tentara Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang.
Sesuai saran Raden Wijaya, pasukan Tartar dipecah menjadi tiga penjuru untuk mengepung Jayakatwang. Alih-alih sebagai strategi perang, pemecahan pasukan Tartar sesungguhnya taktik Raden Wijaya untuk mencerai-berai pasukan Tartar, kemudian menghabisinya selepas mengalahkan pasukan Jayakatwang. Dan benar, setelah berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang, pasukan Tartar dibumihanguskan oleh pasukan Raden Wijaya pada saat mereka melaksanakan pesta kemenangan. Desa Majapahit yang menjadi tempat tinggal Raden Wijaya dalam melakukan konsolidasi politik akhirnya menjadi kerajaan besar.
Saat keturunan Tunggul Ametung dan Ken Dedes sudah selesai kiprahnya sebagai Raja Jawa dengan runtuhnya Singosari, kini giliran keturunan Ken Dedes dari suami Ken Arok yang mengukuhi Tanah Jawa dengan berdirinya Kerajaan Majapahit.
Setelah dinobatkan sebagai raja, Raden Wijaya mengambil gelar Kertarajasa Jayawardhana. Inilah awal keturunan Ken Arok memulai kiprahnya sebagai penguasa Tanah Jawa yang sesungguhnya.