Konflik kekejaman Israel terhadap Palestina telah banyak mengakibatkan korban berjatuhan dipihak warga Palestina. Pemerintah Mesir mengatakan bahwa mereka siap menampung dan memberikan perawatan kepada warga Jalur Gaza, Palestina yang menjadi korban serangan udara Israel.
Dilansir dari Middle East Eye, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, serangan udara Israel Defense Forces (IDF) yang berlangsung sejak 10 Mei telah menewaskan lebih dari 120 warga, termasuk 31 anak-anak, dan melukai lebih dari 900 orang.
Wakil Menteri Kesehatan Mesir Ahmed al-Sobki pada Jumat 14 Mei 2021 menyampaikan, tiga fasilitas kesehatan utama di Ismalia telah siap menampung para korban dari Gaza. Begitu pula dengan fasilitas kesehatan yang berada di Sinai Utara dan Ismailia. “Rumah sakit kami siap menerima warga Gaza di Palestina dan memberi mereka perawatan,” kata Sobki.
1. Korban luka parah akan dipindahkan ke Kairo
Sobki menambahkan, Administrasi rumah sakit di Sinai Utara dan Ismailia telah membatalkan liburan staf mereka termasuk dokter dan perawat. Rumah sakit di Ismailia juga telah memastikan stok darah yang cukup dan peralatan medis yang memadai untuk perawatan intensif.
Direktorat kesehatan Sinai Utara telah menunjuk beberapa rumah sakit di kota Arish, Rafah, dan Sheikh Zuweid untuk menanggapi kebutuhan para korban luka di Gaza.
Kepala Direktorat Tarek Shouka mengatakan rumah sakit ini telah menyelesaikan persiapannya dalam hal ini. “Kami juga telah mengerahkan paramedis di berbagai daerah dekat perbatasan dengan Gaza, sehingga mereka dapat memindahkan para korban ke rumah sakit segera setelah mereka tiba,” tutur Shouka. Dia mencatat bahwa para korban dalam kondisi kritis harus segera dipindahkan ke rumah sakit di Kairo untuk perawatan.
2. Membuka kesempatan para relawan dokter untuk membantu
Sindikat Dokter Mesir, persatuan independen para dokter di negara tersebut, telah meminta anggotanya yang ingin menjadi sukarelawan untuk segera melakukan perjalanan ke Sinai Utara. “Kami telah mengikuti perkembangan terbaru di wilayah Palestina dengan sangat prihatin,” kata asosiasi itu.
Pejabat serikat pekerja mengatakan, mereka juga akan mengirim pasokan medis ke Gaza. Sejauh ini, 86 dokter telah mengajukan permohonan untuk melakukan perjalanan ke Sinai Utara atau ke Gaza untuk membantu menanggapi kebutuhan yang terluka. “Saya yakin ratusan dokter lain akan mengirimkan nama mereka dalam beberapa jam mendatang,” kata ketua serikat pekerja Osama Abdel Hay.
3. Infrastruktur kesehatan di Gaza memburuk
Rumah sakit Gaza, yang dibuat kewalahan akibat pandemik COVID-19, dipaksa untuk bekerja keras menanggapi dinamika konflik terkini. Aktivis kesehatan Gaza mengungkapkan kekhawatiran bahwa serangan Israel yang berkelanjutan akan membuat fasilitas kesehatan di wilayah itu tidak mampu menanggapi permintaan perawatan.
“Rumah sakit akan kewalahan dalam beberapa jam mendatang jika Israel meningkatkan serangannya,” terang Aed Yaghi, kepala Masyarakat Bantuan Medis Palestina, salah satu LSM kesehatan terbesar yang beroperasi di Gaza. “Ini berarti bahwa rumah sakit ini tidak akan menawarkan layanan kepada semua korban luka yang datang,” katanya.
Mesir selalu berusaha menjawab kebutuhan warga Palestina di Gaza, terutama saat terjadi serangan gencar Israel di wilayah Palestina, sebagai negara Arab yang paling dekat dengan wilayah yang diblokade. Rumah sakit Mesir menerima ratusan korban luka di Gaza selama serangan Israel pada 2014, begitu pula dengan serangan pada 2018 dan 2019.
Otoritas kesehatan Mesir mengatakan, tahun ini mereka juga siap memberikan bantuan seperti tahun-tahun sebelumnya. “Kami telah memberi instruksi yang jelas kepada rumah sakit, terutama di Sinai Utara, untuk bersiap menghadapi kedatangan korban luka dari Jalur Gaza,” tutup asisten menteri kesehatan Mohsen Taha. Semoga Allah Senantiasa melindungi dan menjaga para korban,