Dari pengertiannya dulu, sukajan ( ス カ ジ ャ ン ) adalah sejenis jaket bomber yang mulai muncul dan menjadi trend saat akhir WWII. Sukajan ini terinspirasi dari jaket bisbol/ jaket universitas/ almamater yang dibawa oleh tentara Amerika dengan tambahan bordir sutra dengan motif yang mencirikan kebudayaan khas Jepang. Jaket ini juga disebut sebagai jaker suvenir karena banyak orang asing yang menjadikannya oleh-oleh khas Jepang atau jaket Yokosuka. Kota Yokosuka ini dapat dicapai dari Tokyo dengan kereta api selama satu jam dan terletak sekitar 30 menit dari Yokohama, dan merupakan kiblat industri fashion sukajan ini. Sukajan terbuat dari kain asetat mengkilap dengan bordir dari benang yang biasa digunakan untuk pembuatan kimono.
Sukajan diciptakan pada paruh kedua tahun 1940-an. Tentara Amerika yang awalnya punya pangkalan militer di Yokosuka, salah satu daerah di sekitar Teluk Tokyo, harus angkat kaki. Sebelum kembali ke negaranya, para tentara meminta tukang jahit di Yokosuka menyulamkan peta Jepang dan beberapa motif oriental yang merefleksikan budaya Asia Timur di jaket militernya (mostly on the bomber jackets). Desain populernya antara lain berupa mahkluk mitologi naga khas Jepang (dan Cina), bunga sakura dan pohon. Prajurit lain juga ada yang memilih karya seni lokal yang berkisar dari peta tradisional hingga gadis-gadis Geisha. Jaket-jaket ini dilengkapi kain rayon dan sutra yang diselamatkan prajurit dari parasut militer.
Jaket-jaket ini dibawa kembali ke Amerika Serikat sebagai suvenir literal dan kadang-kadang dibeli sebagai hadiah untuk anggota keluarga dan teman dekat. Selain desain bordir itu sendiri, gaya jaket ini ditentukan oleh potongannya, yang mirip dengan jaket bisbol Amerika klasik. Mereka sering menggunakan warna-warna berani yang cerah dan lengan yang kontras. Asal usul istilah ‘Sukajan’ dipertanyakan; dengan beberapa orang percaya istilah itu berasal dari penggabungan Sky Dragon Jumper dalam bahasa Jepang. Yang lain melacak asal usul nama itu berasal dari Yokosuka dengan gabungkan kata-kata ‘Yokosuka’ dan ‘Jumper’ beraksen Jepang lahirlah istilah ‘Sukajan.’
Industri bordir telah berkembang pesat di Prefektur Gunma untuk waktu yang sangat lama. Sukajan diproduksi di kota Kiryu, Prefektur Gumma dan dijual di Yokosuka. Bahan utama yang digunakan di dalamnya adalah satin asetat, tetapi sejak 1950-an sampai sekarang ada lebih banyak variasi, salh satunya dengan memasukkan kapas ke dalam kain beludru.
Pada 1960-an, mayoritas anak muda Amerika berpakaian preppy look. Style itu mencerminkan status anak-anak yang rapi dan mapan. Di sisi lain, anak-anak yang anti kemapanan mengenakan sukajan sebagai bentuk kritik terhadap gaya preppy look yang dikenakan anak muda Amerika tersebut. Akhirnya, muncul pemikiran bahwa anak yang mengenakan sukajan itu pemberontak, geng kriminal, dan rebel. Bagi masyarakat luas, jaket itu memiliki konotasi yang cukup negatif – yaitu sebagai simbol ikatan geng dan kenakalan remaja. Sementara reputasi ini mungkin memudar, citra Sukajan masih sangat lazim dalam film-film Yakuza; jaket ini terutama ditampilkan sebagai salah satu gaya favorit penjahat dunia bawah. Jika kita sering menonton anime atau dorama pasti ada karakter yankee yang suka nge-bully dan menggunakan jaket sukajan ini ya hehehe.
Motif vintage sukajan cenderung lebih simpel. Sebab, para penjahit mengerjakannya handmade atau disulam satu per satu. Beda dengan sukajan versi modern yang dikerjakan mesin jahit. Selain itu, desain ornamen modern sukajan lebih kompleks dan kombinasi pilihan warnanya lebih beragam. That’s why, modern sukajan lebih colorful dan gambarnya pun lebih ekspresif. Salah satu penjahit yang eksis sejak zaman dulu sampai sekarang memproduksi sukajan adalah TOYO Enterprise asli Jepang.
Banyak yang jatuh hati karena embroidery sukajan ini artistik dan catchy. Berpadu dengan model bomber jacket milik satuan militer, sukajan menjadi suvenir khas Jepang yang paling dinanti. Bahkan, fashion item itu masuk list koleksi fashionista saat melenggang di runway. Beberapa high fashion designer dan label ternama turut memasukkan inspirasi sukajan dalam koleksinya. Di antaranya, Valentino, Chloe, Adidas, YSL, Stella Mccartney untuk koleksi Resort 2016; Louis Vuitton pada edisi Spring Summer 2016; serta Isabel Marant, Zara, Comme des Garçons, dan Undercover. Koleksi tersebut menandai percampuran subkultur antara Amerika dan Jepang. Mick Jagger memilih untuk memakainya saat tur dengan Rolling Stones.
source: hypebeast