Home Budaya INDONESIA 3 Jenis Orang Batak Walau Semarga Namun Beda Kasta

3 Jenis Orang Batak Walau Semarga Namun Beda Kasta

1920
0

Tiniptip sanggar, sai bahen huruhuruan

(Potong dulu sanggar, Untuk membuat sangkar burung)

Jolo sinukkun marga, asa binoto parututuran

(Tanya dulu marga, Agar tahu pertalian)

marga aha hamu?

Sebelumnya aku bukan Batak yang lahir diperantauan. Aku lahir di daerah dipedalaman Kabupaten Toba Samosir. Masih kental kali lah adat batak di sana. Bahasa keseharianpun masih pakai bahasa Batak. Masih sempatlah merasakan ikan asin natinutung ditataring. Sekarang kuliah disalah satu perguruan tinggi di Bandung dan sekarang sudah memasuki tahun ke-5 menimba ilmu di bumi Parahyangan tersebut. Ini aku buat dari perspektif daerah Toba ya. Jadi kalo ada dari daerah lain, yang mungkin budayanya sedikit berbeda, bisa diskusi di lapo kita sambil makan saksang.

Selama kuliah cukup banyak bergaul dengan orang-orang Batak di Bandung. Baik yang Batak Tembak Langsung seperti saya, orang-orang batak yang lahir diperantauan hingga Batak dalle .

Ngomong-ngomong soal orang Batak diperantauan ada artikel menarik yang bisa dibaca. Jadi orang batak diperantauan kita bagi dulu menjadi 3 generasi:

  • Generasi Pertama: Orang Batak yang lahir dari kampung kemudian merantau dan menetap. Misalnya ke daerah Bandung kita umpamakan.

  • Generasi Kedua: Anak dari generasi pertama. Jadi bapak nya dari kampung tapi lahir, tinggal dan besarnya diperantauan.

  • Generasi Ketiga: Anak dari generasi dua. Jadi oppung nya saja yang lahir di kampung, bapak atau mama nya udah lahir dan gede di Bandung.

Nah, itu sebagai referensi penggolongan saja. Dan dari ketiga generasi itu ada opini pribadiku tentang ketiga generasi tersebut:

Generasi pertama.

Kayak aku ini hampir semua logat bataknya kental kali. Selalu dikira marah-marah -_- padahal udah lembut kali dibuat. Kadang masih kebawa suasana kampung yang suka teriak-teriak diladang buat manggil makan siang. Buat mahasiswanya kebanyakan masih mempunyai semangat sekolah yang tinggi, dan ada juga yang suka kali marmitu, main gitar di warkop seolah-olah itu lapo jadinya dibuat mereka. Pernah kejadian sampe disiram warga -_- Budaya yang mereka pahami masih sangat kental. Kalau disuruh martarombo hampir semua pasti bisa dan paham filosofis nya orang Batak. Generasi pertama juga mencakup bapak-bapak dan mamak-mamak Batak yang dulunya besar dikampung. Kita bilanglah boomer-nya orang Batak. Biasanya suka sekali ngasih nasehat. Mereka suka cerita bagaimana susahnya dulu kehidupan dikampung sampe sukses kayak sekarang.

Generasi kedua.

Logatnya gak kayak Batak Tembak Langsung lagi. Ngomongnya udah mulai lembut dan kadang-kadang masih suka ngegas. Cara berpikirnya menurutku cukup beda karena sudah dipengaruhi oleh budaya suku lain, misalnya orang batak yg di Bandung pasti terpengaruh sama budaya Sunda. Dari perawakannya sudah beda. Rata-rata kayak kami yang dari kampung ini masih mardikkorang (kering-kering) kulitnya. Mungkin karna sering main diluar atau disuruh keladang. Tapi generasi kedua ini dari perawakannya sudah lebih baik dari generasi pertama (biarpun menurutku ada satu dua orang dari kampung yang cantik, tapi sayang tarito -_-). Kulitnya sudah rada-rada mulus dan lebih cantik-cantik dan ganteng-gateng. Paling tidak good looking lah.

Hal yang paling aku salut dari generasi kedua ini adalah cara berpikirnya yang menurutku sudah lebih maju dan lebih luas melihat masalah. Mungkin karna sudah tinggal dikota yang sistem pendidikannya pasti lebih maju dan akses informasi yang lebih luas dibandingkan yang dikampung. Hampir semua dari mereka ini pasti tanya-tanya soal marga atau partuturon kepada yang dari kampung. Dan tanya marga semoga gak tar-ito atau tar-tulang kalo naksir 😀 Mereka ini generasi yang paling semangat belajar budaya dan pengen padai belajar bahasa Batak. Rata-rata masih sering nyanyiin lagu Batak. Karena orang tua dari generasi kedua ini masih asli lahir dan gede di kampung, maka budaya Batak yg ditanamkan pada generasi kedua ini masih cukup kental.

Generasi ketiga:

Generasi ketiga ini kebanyakan hanya tau marganya saja. Dari logat dan penampilannya kadang-kadang udah gak kelihatan lagi orang Batak. Apalagi kalau orang tuanya udah ada campuran dari suku lain. Ngomongnya udah loe-gue atau aing-maneh kalo lahir besarnya didaerah Bandung. Generasi ini mirip-mirip dengan generasi kedua dan pemikirannya lebih plural karena sudah dicampuri dengan cara berpikir suku-suku lain. Budaya batak yang ditanamkan oleh orang tuanya (generasi kedua) juga tidak terlalu kental. Kadang generasi inilah yang sering diejek dalle (ejekan untuk orang batak yg sudah mulai hilan identitasnya). Tetapi generasi ini masih punya rasa ingin tau yang tinggi soal budaya leluhurnya. Biarpun sebagian sudah acuh-tak-acuh.

source: Marcho Reviliano Siahaan