Home Budaya Korea Korea Selatan bebas corona Hoax tapi Bikin New Normal, Indonesia ?

Korea Selatan bebas corona Hoax tapi Bikin New Normal, Indonesia ?

394
0

Korea Selatan menjadi salah satu negara Asia yang katanya bebas corona, sampai pemerintah Korea Selatan pun mulai menerapkan New Normal mengikuti anjuran PBB.

Sekolah dibuka kembali, pusat perbelanjaan mulai ramai didatangi, tempat ibadah dibuka, Club, sauna dan karaoke juga dibuka.

Untuk mengurangi penambahan kasus, pemerintah KOREA  memutuskan untuk menerapkan lagi pembatasan sosial.

Jadi, apa yang menyebabkan Korea Selatan gagal menerapkan New Normal dan ada korban posif corona? padahal kata media korea korea bebas dan bersih korona.

Itu semua karena Orang korea masa bodoh dan keras kepala. menerapkan New Normal jadi  bebas melakukan aktivitas dikarenakan tidak adanya intensif oleh negara jadi cari uang buat makan harus dilakukakan bagi setiap warga korea.

kasus ini bermula dari Itaewon. Salah satu daerah di Seoul yang terkenal akan wisata malam yaitu prostitusi dan club malam seperti gangnam dimana banyak turis.

cerita kenapa korea selatan terkena covid 19 berawal dari  seorang pria, sebut aja b, ternyata dia ketahuan mengunjungi sebuah klub malam di Itaewon. Setelah di cek, ternyata si b positif corona.

Kenapa bisa b positif corona? Padahal dia nggak pernah interaksi sama orang luar negeri dan turis di daerah tersebut?

Ternyata b tidak cuman datang ke 1 klub malam aja, tapi 3 klub malam.

yang namananya club malam pasti berhubungan banyal dengan orang yang berjoget dan minum minum  dan pasti penularan COrona dan Kemungkinan yang belum swab tes covid 19 bahkan reaktif positif corona berada di lingkungan tersebut mungki 1 dari 10 orang  ada virus corona 

Selain klub malam, si b terbukti  pergi ke supermarket, klinik, toko, dan farmasi.

Penerapan New Normal di Korea Selatan gak akan gagal kalau kota ini tidak ada tempat maksiat dan wisata malam dan apapun tempat yang membuat orang dapat berkumpul dan bertemu dengan sekala jumlah orang yang banyak

Source: nikkei asia