membayangkan kehidupan era Majapahit sudah pasti kita tidak bisa lepas dari sebuah wilayah bernama Trowulan. Di sanalah terdapat sebuah kota yang tersisa dari Kerajaan Majapahit.

Bayangkan kamu kembali ke masa itu, kamu akan terbangun dari tidur di sebuah rumah yang berdindingkan anyaman bambu dan berpondasi bata. Atas rumah berangka kayu dan ditutupi genting tanah liat. Di sekitar kamu terdapat benda-benda dari tanah liat pula seperti kendi, celengan, dan tembikar.

Kemudian kamu keluar rumah, menuruni sebuah tangga kecil. Di samping rumah, kamu bisa melihat sebuah gentong berisi air dan sebuah sumur. Di depan rumah, kamu melihat seorang nenek sedang duduk pada sebuah pendapa terbuka.

Lalu kamu berkeliling ke sekitar. Ternyata tempat ini dikelilingi oleh tembok yang dibuat dari bata merah. Kamu juga melihat kanal-kanal yang nampaknya mengelilingi tempat ini. Di luar tembok bata, seorang pedagang sedang menjajakan dagangannya. Terlihat dia sedang berbicara dengan orang asing. Nampaknya orang Cina.

Kamu kemudian berjalan menjauhi rumah-rumah itu. Setelah lama berjalan, terlihatlah sebuah kolam air yang sangat luas. Bahkan luasnya melebihi lapangan sepak bola. Setelah beristirahat sejenak, kamu melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan cukup lama, kamu melewati sebuah gapura tinggi yang dibuat dari bata merah, ternyata ini Gapura Bajangratu. Begitulah kira-kira kehidupan masa Majapahit di kota Trowulan. Ilustrasi di atas didasarkan pada naskah-naskah dan temuan arkeologi (seperti relief, tembikar, lantai heksagon dan lain-lain)