Apa yang kamu pikirkan tentang seni tari dan koreografi? Koreografi merupakan bidang ilmu seni tari dan praktik merancang urutan gerakan tubuh fisik (atau penggambarannya) di mana gerak, bentuk, atau keduanya ditentukan. Koreografi juga dapat merujuk pada desain itu sendiri. Budaya ASLI Indonesia yang kaya ini merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, kaya dengan tarian tradisional yang menyediakan banyak ruang untuk eksplorasi.

Pak Eko Supriyanto dikenal dengan sapaan akrab Eko Pece, merupakan koreografer dan penari terkemuka yang menyuarakan seni tari Indonesia. Ia merupakan seorang koreografer sukses dan favorit dari artis musik legendaris Hollywood, Madonna. Eko Supriyanto pula dikenal melalui karya seninya bagi pertunjukan seni musikal The Lion King dari Disney. Pada bulan Februari 2020, ia menerima pujian atas sebuah karya termasuk penari wanita dari Timor yang terpecah di Yokohama Jepang.

Dari sisi pendidikan akademis, Pak Eko Supriyanto sangat cemerlang. Ia awalnya berkuliah di STSI (Saat ini dikenal ISI). Eko masuk Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI 1990-1997) Surakarta mendalami tari Jawa dengan S. Maridi dan S. Ngaliman, belajar tari-tarian daerah lain dan koreografi a.l., dari Soenarno dan S. Pamardi. Di luar kampus, ia berguru ke Suprapto Suryodarmo dan Sardono W. Kusumo. Dia aktif membuat koreografi sejak mahasiswa. Dua kali ia tampil dalam Indonesian Dance Festival (IDF) dengan Lah (1994) dan Leleh (1996) yang mengantarkannya ke American Dance Festival (ADF 1997) di Durham, North Carolina dan Asia Pacific Performance Exchange (APPEX 1997) di Los Angeles, AS. Kemudian Eko melanjutkan kuliah di Department World Arts and Culture di UCLA, California (1998-2001). Kini disamping mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI d/h STSI) ia mengambil program S-3 Kajian Seni Pertunjukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Namun ia pernah kecewa karena ia menyadari sedikit sekali referensi akademis tentang seni dan budaya tari orang asli Indonesia di perpustakaan akademis kampusnya. Seni tari dan budaya Indonesia mengantarnya memperkenalkan seni budaya tari suku pribumi Indonesia tanpa sponsor dari pemerintah Indonesia.

kakeknya berpikir bahwa sebagai anak lelaki, ia harus belajar pencak silat, jadi pamannya melatih pencak silat sejak ketika berusia sekitar lima tahun. Juga, Magelang terkenal dengan berbagai tarian etnis, Kakeknya juga mengajari selama lima atau enam tahun di komunitas tarian etnis di Magelang.

Ketika memasuki sekolah menengah, ia diperkenalkan dengan Bagong, yang berada di Yogyakarta, dan ia bolak-balik antara Magelang dan Yogyakarta kemudian berkuliah memasuki STSI.

Pak Eko Supriyanto juga merupakan pemerhati kehidupan maritim dan kebersihan laut. Melalui pendidikan tarian untuk pariwisata, Ia juga akhirnya dipercaya dan diundang untuk menambahkan sesuatu yang baru ke Festival Teluk Jailolo di Halmahera Barat, Maluku Utara setiap tahun. Event yang digelar sejak 2013 tersebut hingga kini menjadi event pariwisata terbesar.

Pak Eko Supriyanto mengunjungi Jailolo untuk pertama kalinya pada akhir 2011, dan bupati setempat mengundangnya untuk menyelam terlebih dahulu. Malam itu, yang merupakan pengalaman pertama baginya, ia menemukan keindahan bawah laut dan zona dansa baru melawan gravitasi. Dan kemudian ia terinspirasi meneliti tentang tari tradisional, masakan tradisional, dan berbagai hal lainnya selama sekitar satu bulan. Ia kemudian menjadi turis yang paling sering ke tempat itu; ia bahkan telah tinggal di sana selama lima bulan. Di dalam pertunjukan, yang merupakan siswa SMP dan SMA di Jailolo, ada ada empat etnis: Sahu, Tobaru, Gamkonora dan Jailolo.Gamkonora dan Jailolo adalah Muslim, dan Sahu dan Tobaru adalah orang Kristen. Ia mengunjungi semua sekolah di Jailolo dan memiliki serangkaian lokakarya, karena ada sebanyak 450 siswa.

Proyek paiwisata ini ditambah dengan kemampuannya untuk mempromosikan tarian tradisional kawasan itu ke kancah global dengan menampilkan karya-karya yang terinspirasi oleh budaya lokal yang menampilkan penari lokal di festival internasional, telah memperkuat kepercayaan pemerintah daerah terhadapnya. Sebagai hasilnya, ia telah menjadi mitra konstan pemerintah daerah dalam mempersiapkan festival tahunan dan merawat bakat lokal, didukung oleh Bupati Halmahera Barat saat ini Danny Missy.

“Untuk memastikan regenerasi, setelah siswa SMA ini lulus, mereka tidak dapat lagi berpartisipasi dalam festival sehingga memberikan ruang bagi siswa kelas satu,” kata Eko. Ia meyakini, sebagai seorang koreografer yang menciptakan koreografi dengan mempraktikkan seni koreografi,  Koreografi digunakan dalam berbagai bidang, termasuk balet, opera, teater musikal, pemandu sorak, sinematografi, senam, peragaan busana, seluncur es, marching band, paduan suara pertunjukan, teater, renang yang disinkronkan, cardistry, produksi video game, dan seni animasi. Dalam seni pertunjukan, koreografi berlaku untuk gerakan dan bentuk manusia. Dalam tarian, koreografi juga dikenal sebagai koreografi tari atau komposisi tari.

Agar lebih bisa diterima masyarakat internasional, ia mempelajari studi banding tentang tradisi dan modernitas, budaya pop, film dan kolaborasi multikultural. Tarian etnis Magelang, kota kelahirannya, dan dengan menggabungkan interpretasi baru tentang tari istana Jawa dan pengetahuannya tentang beragam tarian dan budaya di seluruh Indonesia, ia telah menciptakan tarian baru yang memadukan nilai-nilai tradisional dan realitas kontemporer.

Dalam waktu senggangnya, Pak eko supriyanto sangat menggemari aktivitas menyelam atau diving. Ia beranggapan bahwa untuk mengenal bangsa Indonesia yang beragam sukunya dan kepercayaannya, orang indonesia haruslah memperhatikan kelestarian laut dan lingkungan. Ia menyadari leluhur suku bangsa Idnonesia sangat banyak sekali yang memilki gerakan tari dan festival ritual yang terinspirasi dari kehidupan maritim.

Eko supriyanto lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ayahnya orang Dayak (proto-Melayu asli Kalimantan) dari Kalimantan Timur. Ayahnya merantau ke Jawa untuk masuk sekolah menengah, bertemu ibunya yang berasal dari Magelang (sebuah kota di Jawa Tengah), namun saat mereka kembali ke Kalimantan bersamanya, tetapi keluarga besar Ayahnya tidak merestui pernikahan dengan orang Jawa, jadi mereka pindah ke Magelang ketika Ia berusia lima tahun. Ayahnya kemudian tinggal dengan keluarga ibunya.

“Pelajaran menyelam saya telah membantu saya menemukan banyak bentuk baru eksplorasi fisik yang sangat berbeda dari yang saya jelajahi di atas panggung. Efek fisik yang dihasilkan tubuh ketika beradaptasi dengan ruang anti-gravitasi air membantu saya memasuki dunia baru.”

Dalam menciptakan karya tari baru, Eko menantang dirinya untuk “keluar dari tubuh penari Jawa-nya”, yang ditanam dengan kuat di tanah, untuk menyesuaikan diri dengan sifat menyelam, yang menentang gravitasi. Pak Eko Supriyanto terkesan dengan perkembangan adegan tari kontemporer Indonesia, menampilkan eksplorasi zona baru dan media yang belum pernah disadap sebelumnya.

Festival Jailolo pada awalnya adalah proyek untuk mempromosikan pariwisata, jadi ia tidak berniat untuk promosi politik. Namun, ketika Pak Eko Supriyanto mengunjungi Jailolo, terumbu karang telah mati, dan bupati setempat sebenarnya menginginkan para nelayan setempat untuk menghentikan peledakan penangkapan ikan (praktik menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan), karena dampaknya terhadap karang sangat luar biasa merusak. Juga, ada banyak hiu di Teluk Jailolo, dan sejumlah nelayan telah membunuh hiu untuk menjual siripnya ke Cina dan Australia, yang telah menjadi masalah besar sampai baru-baru ini. Bupati setempat membuat peraturan yang melarang penangkapan ikan dan penangkapan ikan hiu. Pak Eko Supriyanto juga sangat kecewa karena di Indonesia, pemerintah pusat jarang mengakui dan mendukung peraturan pelestarian alam yang dimilki peraturan daerah, sehingga fakta bahwa kota setempat telah menetapkan peraturan unik semacam ini dapat dianggap sebagai masalah politik.

“Saat ini, seni pertunjukan yang menggabungkan tarian dan seni visual sangat populer. Tren baru yang diperkenalkan oleh Dance on Camera Festival [di Amerika Serikat], juga memperluas kemungkinan ruang baru untuk seni pertunjukan di Indonesia,” kata Eko.

“Seniman yang tertarik untuk mengeksplorasi tarian Indonesia, khususnya di luar Jawa, Sumatra dan Bali, bisa mendapatkan inspirasi dari tarian tradisional kami,” kata Eko. Seniman Indonesia maupun internasional yang tertarik mengembangkan dan melestarikan tarian lokal, bagaimanapun, perlu didukung oleh pemerintah daerah untuk mengubah upaya pembuatnya menjadi kisah sukses. Menurut Eko, dukungan semacam ini masih sulit ditemukan di Indonesia.

“Untuk membuat kemitraan seperti itu berhasil, pemerintah daerah dan seniman harus bersinergi. Pemerintah daerah perlu mempromosikan aset daerah mereka dan untuk mencapai ini, mereka harus memberi seniman kebebasan kreatif yang lengkap.”

Pak Eko Supriyanto berharap agar pemerintah Indonesia juga jangan menempatkan seni tari sebagai bagian daya tarik pariwisata semata, namun juga sebagai kekayaan ilmu budaya yang wajib untuk dilestarikan dan diajarkan bagi generasi muda indonesia dan dunia internasional.

CHOREOGRAPHY AND PERFORMANCE EXPERIENCE
2015: February
“Cry Jailolo” Japan Premiere, Tokyo Performing Arts Meeting in Yokohama, Japan (choreographer)
2014: November
“Cry Jailolo” an Indonesia Premiere, Indonesian Dance Festival Jakarta, STSI Bandung, Surakarta Arts
Center Surakarta and Jogja International Performing Arts Festival Yogyakarta (Choreographer)
2014: September
“Body as Object” a site specific performance at the Arts and Science Museum Singapore
(Choreographer)
2014: May
“ Workshop Creating Contemporary Thai-ASIA with Pichet Kunclun Dance Company. Bangkok and
Ratchaburi, Thailand (Instructor)
2014: February-April
“VOL” a World Premiere of Lua Leirner at Julius Hans Speigel Zentrum, Theatre Freiburg Germany
(Dance and Choreographer)
2014: January
“Awarding Oriflame Indonesia” Prambanan Temple Yogyakarta (Choreographer)
2013: October
“Solid.States” with Kobalt Works, Directed by Arco Renz, Arts Summit Indonesia , Jakarta (Dancer and
Choreographer)

2013: September

“Solid.States” with Kobalt Works, Directed by Arco Renz, Le Brigittines. Brussels Belgium (dancer and
choreographer)
2013: September
“Kipas Cendana and Api Sinta” new Dance works for Opening and Closing Miss World 2013, Westin
Hotel and Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua Bali – Indonesia (Trainer and Choreographer)
2013: July
“Cry Jailolo” a new World Premiere with dances from Jailolo West Halmahera, Tari 13, 8th International
Dance Festival – Dancing Across Borders. ASWARA Theatre Kuala Lumpur Malaysia. (Choreographer)
2013: May
Festival Teluk Jailolo. “Sasadu on The Sea”, a Musical Performance with 250 dancers from Jailolo, West
Halmahera North Maluku. (Director and Choreographer)
2013: April
“Solid.States” with Kobalt Works, Directed by Arco Renz, EXODOS Festival, Festival of Contemporary
Performing Arts, FOCUS Asian Dance Platform, KS Theatre Lubliana Slovenia. (Dancer and
Choreographer)
2013: April
Singapore Youth Festival, Central Judging of Dances. Malay Dance Categories, (Judges)
2013: January – February
“Fire Fire Fire” One Story: Three Dances, New Southeast Asian Choreography, Tour Support by the
Goethe Institute Jakarta, Cambodia, Thailand and Indonesia, Phnom Penh, Bangkok, Jakarta, Solo
(Choreographer)
2012: December
“Flame on You” Solo Dance Studio Performance at the Goethe Institute Jakarta,(Choreographer)
2012: October
“Solid.States” World Premiere with Kobalt Works, Directed by Arco Renz, STUK Theatre Leuven – Belgium,
(Dancer and Choreographer)
2012: September
“ un-veiling of All New Honda CRV” Pullman Hotel Central Park – Jakarta (Choreographer)
2012: September
“Solid.States” with Arco Renz (rehearsal) STUK Theatre Leuven- Belgium (dancer)
2012: August
“ Dance for Laquila” with Emotion Dance company Laquila – Italy (Choreographer)


Source:

  • Interview and text by Yuki Hata (Performing Arts Producer / Coordinator) jfac.jp
  • ekosdance.company
  • NHK World Dancing Through the Borders: Eko Supriyanto / Choreographer, Dancer