Gelombang panas membuat suhu udara di Kota Kumagaya, Prefektur Saitama, wilayah Tokyo, Jepang, mencapai rekor 41,1 derajat Celcius pada Senin sore, 23 Juli 2018. Ini merupakan catatan suhu tertinggi sejak meningkatnya suhu di Jepang sejak awal Juli 2018.
Media Japan Times melansir sekitar 77 orang, yang mayoritas berusia sepuh, meninggal akibat gelombang hawa panas sejak 9 Juli 2018. Ini termasuk seorang siswa sekolah yang meninggal saat mengikuti acara di lapangan pada pekan lalu setelah sempat pingsan akibat panasnya suhu udara.
“Sembilan orang meninggal dunia pada Senin, 23 Juli 2018,” begitu dilansir Japan Times, Senin, 23 Juli 2018. Sekitar 30 ribu orang telah dibawa ke rumah sakit karena menderita kepanasan sejak awal bulan, begitu dilansir Straits Times.
Suhu di Kota Kumagaya itu mengalahkan suhu tertinggi yang tercatat pernah terjadi di daerah Shimanto, Prefektur Kochi di bagian barat Jepang pada Agustus 2013 yaitu sekitar 41 derajat. Di distrik Ome, yang masuk ke dalam wilayah ibu kota Tokyo, suhu tercatat mencapai 40,8 derajat pada Senin pekan ini.
Seorang warga asal Singapura, Nur Rosmawati, 27 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan penerbitan, mengaku sempat mengalami black out selama beberapa detik pada Sabtu pekan lalu. Ini terjadi ketika dia sedang berjalan selama lima menit dari rumahnya ke sebuah toserba. “Padahal saya membawa payung (untuk peneduh),” kata dia kepada Straits Times.
Dinas Pemadam Kebakaran Tokyo telah mengirim mobil ambulans untuk menangani warga yang membutuhkan pertolongan sebanyak 3,125 kali hingga Ahad pekan lalu. Ini merupakan jumlah pengiriman layanan mobil ambulans terbanyak sejak dinas itu berdiri pada 1936.
Jumlah warga yang dibawa mobil ambulans ini juga mencapai rekor tertinggi yaitu 3,544 orang hingga akhir pekan lalu mengalahkan angka layanan penuh pada 2017 yaitu 3,454 orang.
Tingginya suhu udara membuat Badan Meteorologi mengeluarkan peringatan himbauan agar warga memperbanyak minum air putih dan mengambil langkah pencegahan agar tidak terkena serangan hawa panas.
Menurut perkiraan lembaga ini, suhu panas bakal berlanjut hingga Agustus 2018 baik di wilayah timur dan barat Jepang. “Harap berhati-hati terkena serangan hawa panas dan pastikan Anda terus minum dan mengkonsumsi garam secukupnya,” begitu peringatan yang dikeluarkan badan ini.
Fenomena gelombang hawa panas ini membuat pemerintah terkejut karena akan menggelar Olimpiade 2020 pada Juli – Agustus 2020, yang merupakan bulan dengan hawa terpanas selama ini.
Petugas Olimpiade dan pejabat dari kantor pemerintahan Tokyo, Jepang, mempertimbangkan untuk menerapkan cat penahan panas untuk jalanan dan menyebar mobil penyembur hawa dingin untuk melawan gelombang panas ini.
source: japan times, tempo