Home Budaya INDONESIA 4 Suku Asli di Provinsi Riau Sumatera yang Jarang Diketahui

4 Suku Asli di Provinsi Riau Sumatera yang Jarang Diketahui

8198
0

Riau  adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Karena terletak di pantai timur tengah Sumatera di sepanjang Selat Malaka, sampai tahun 2004 provinsi ini termasuk Kepulauan Riau lepas pantai, sekelompok besar pulau-pulau kecil (di mana pulau-pulau utamanya adalah Batam dan Bintan) yang terletak di sebelah timur Pulau Sumatra dan selatan Singapura, sebelum pulau-pulau ini dipisahkan sebagai provinsi pada bulan Juli 2004. Ibukota provinsi dan kota terbesar di Riau adalah Pekanbaru. Provinsi ini berbatasan dengan Sumatera Utara di barat laut, Sumatra Barat di barat, dan Jambi di selatan. Total area untuk provinsi Riau adalah 87.023,66 kilometer persegi (33.600,02 sq mi), yang membentang dari lereng Bukit Barisan ke Selat Malaka.

Riau memiliki iklim tropis basah, dan saat ini adalah salah satu provinsi terkaya di Indonesia dan kaya akan sumber daya alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Pembalakan yang ekstensif dan pengembangan perkebunan di telah menyebabkan penurunan besar-besaran tutupan hutan Riau, dan kebakaran terkait telah berkontribusi terhadap kabut asap di wilayah yang lebih besar.

Riau dianggap sebagai bagian dari dunia Melayu. Saat ini dianggap sebagai pusat budaya Melayu di Indonesia. Namun demikian, Riau dianggap sebagai provinsi yang sangat beragam, karena dihuni oleh banyak kelompok etnis, seperti Melayu, Minangkabau, Cina dan Batak. Dialek Melayu lokal Riau dianggap sebagai lingua franca di provinsi ini, tetapi bahasa Indonesia, bentuk Melayu standar digunakan sebagai bahasa resmi dan juga sebagai bahasa kedua banyak orang. Selain itu, bahasa yang berbeda seperti Minangkabau, Hokkien dan varietas bahasa Batak juga digunakan.

Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura.

Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.

Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia, Provinsi Riau memiliki suku asli yang sampai sekarang masih hidup berkelompok dan terus menjunjung tinggi adat istiadat yang mereka peroleh dari nenek moyang mereka. Kebanyakan suku-suku asli ini tetap mempertahankan tradisi yang menjadi ciri khas mereka dan tidak terpengaruh dengan budaya modern.

Riau sendiri tak hanya memiliki satu suku asli, namun ada beberapa suku asli yang hidup dengan kebudayaan mereka masing-masing. Di bawah ini akan sedikit diuraikan tentang beberapa suku asli di Riau yang harus Anda ketahui.

1. Suku Laut

Suku Laut merupakan salah satu suku asli di kepulauan Riau. Suku Laut yang mendiami wilayah Batam, Privinsi Riau. Seperti namanya, ciri khas suku Laut adalah tinggal di atas perairan. Sebagian dari mereka juga biasanya bermukim di muara sungai atau pesisir pantai.

Seperti dikatakan pada tulisan terdahulu di Netralnews, bahwa suku Laut memiliki filosofi hidupanya, lahir,kawin dan mati di laut. Artinya, hidup mereka 19 persen di laut.

Suku yang juga punya sebutan lain sebagai orang Selat ini konon kabarnya adalah perompak yang punya peran penting bagi Kerajaan Sriwijaya maupun Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Tugas mereka adalah menjaga selat dari bajak laut serta menjaga dan memandu pedagang yang melewati perairan tersebut agar sampai di pelabuhan kerajaan.

Seperti suku Riau lain, suku Laut umumnya masih menganut kepercayaan animisme. Namun saat ini beberapa di antara mereka mulai memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen.

2. Suku Sakai

Suku Asli di kepulauan Riau yang berikut adalah suku Sakai. Kata Sakai sendiri konon merupakan singkatan dari Sungai, Kampung, Anak, Ikan. Hal ini memiliki makna bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup di sekitar sungai dan menggantungkan hidup mereka pada hasil kekayaan sungai seperti ikan.

Suku Sakai adalah orang-orang yang tergolong dalam ras Veddoid. Umumnya mereka memiliki ciri-ciri fisik berkulit cokelat agak gelap dengan rambut keriting atau berombak.

Asal-usul suku Sakai sendiri masih menjadi perdebatan, namun banyak yang meyakini bahwa suku Sakai berasal dari keturunan Pagaruyung, Minangkabau, yang berabad-abad lalu telah hijrah ke Riau.

Seperti kebanyakan suku asli lainnya, suku Sakai memiliki upacara atau ritual tersendiri untuk kelahiran, pernikahan, maupun kematian atau pemakaman. Kebanyakan orang Sakai menganut kepercayaan animisme dan meyakini adanya ‘antu’ atau makhluk gaib.

Seiring perkembangan zaman, sebagian suku Sakai mulai memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen, hanya saja kebiasaan mereka terhadap hal-hal yang berbau magis kadang masih mereka lakukan.

Selain hidup di sekitar sungai, suku Sakai juga hidup di hutan-hutan dan mencari nafkah dengan berburu. Suku sakai sendiri kerap nomaden (berpindah-pindah). Namun saat ini hutan di wilayah Riau berkurang, sehingga suku inipun tak lagi melakukan tradisi nomadennya.

Populasi suku Sakai sudah menyebar di berbagai wilayah dari Riau hingga Jambi dan berbaur dengan orang-orang luar yang lebih modern. Saat ini, orang-orang suku Sakai sudah banyak yang maju, mengenyam pendidikan layak, menuai prestasi bahkan meraih gelar sarjana.

3. Suku Talang Mamak

Suku asli dari Riau yang lain adalah suku Talang Mamak yang tergolong suku Melayu Tua. Mereka adalah suku asli Indragiri, Riau, yang juga disebut suku Tuha (pendatang pertama).

Talang Mamak berasal dari kata Talang yang memiliki arti ladang dan juga Mamak yang memiliki arti ibu. Selain Talang Mamak, suku ini juga punya sebutan lain, seperti suku Anak Dalam dan suku Langkah Lama.

Hampir sama dengan suku Sakai, suku Talang Mamak konon berasal dari Pagaruyung yang pindah dan tinggal di Indragiri. Hal ini disebabkan karena adanya konflik, baik adat maupun agama, sehingga mereka terdesak dan mencari tempat tinggal lain.

Suku Talang Mamak umumnya hidup dengan memanfaatkan kekayaan alam. Mereka berburudi hutan-hutan, menangkap ikan, maupun memanfaatkan hasil hutan lainnya yang bisa digunakan untuk kelangsungan hidup mereka.

Namun seiring perkembangan zaman, suku inipun tak lagi bergantung pada hasil hutan. Mereka mulai mengenal bercocok tanam sehingga sebagian dari mereka akhirnya berladang dan menyadap getah karet.

Kepercayaan asli suku Talang Mamak adalah animisme. Mereka sangat percaya bahwa ada kekuatan gaib pada benda-benda di sekitar mereka termasuk hutan.

Namun saat ini sebagian masyarakat Talang Mamak telah menganut agama Islam maupun Kristen, hanya saja mereka terkadang masih melakukan ritual-ritual yang mungkin memiliki unsur animisme.

4. Suku Akit

Suku Akit adalah suku asli di Riau yang mendiami Pulau Rupat, Kecamatan Rupat, Bengkalis, Riau. Suku ini disebut sebagai orang Akit karena mereka kerap menggunakan rakit untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Mereka akan menyusuri pantai atau sungai, dan apabila telah menemukan tempat yang cocok, suku ini akan membangun rumah-rumah di pinggir sungai atau pantai agar mereka lebih leluasa melakukan kegiatan mereka di daratan.

Suku Akit menggantungkan hidup mereka pada alam. Suku ini berburu binatang atau memanfaatkan hasil hutan, misalnya saja sagu yang kemudian diramu dan bisa menjadi persediaan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selain itu suku Akit juga sering menangkap ikan dengan menggunakan bubu, yaitu sejenis perangkap sederhana yang dibuat oleh suku tersebut. Kepercayaan suku Akit adalah animisme, dan mereka memiliki sejumlah tradisi khusus seperti halnya suku lain yang ada di Riau.

Misalnya saja dalam upacara pernikahan, makanan khas berupa daging babi dan tuak pohon nira adalah hal yang wajib tersedia. Upacara inipun diwarnai oleh tari-tarian dan nyanyian khas suku Akit.

Suku Akit asli jarang berinteraksi dengan orang luar dan umumnya hanya bergaul dengan sesama masyarakat Akit. Suku Akit dikenal sebagai suku yang kental dengan pengetahuan ilmu hitamnya.

Mereka juga terkenal mampu meramu obat-obatan yang sebenarnya bisa membahayakan nyawa manusia. Mungkin karena inilah banyak penduduk luar yang enggan berinteraksi dengan suku ini, sehingga suku Akit semakin terasingkan.

Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat.

Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005. Rata-rata 160,000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun 2009. Kerakusan para boss dan pemimpin perusahaan di Jakarta maupun Singapore dalam merampas hutan dan membakar hutan ini juga mengancam keberadaan dan kelestarian budaya suku-suku pribumi terasing di Riau dan Indonesia pada umumnya.