– Niat mulia seorang bocah berusia 12 tahun akhirnya terwujud setelah pembuatan platform e-Learning selesai. Platform tersebut diciptakan untuk jenjang SD, SMP, SMA/SMK oleh Muhammad Hafizh Bayhaqi dibantu rekan seusianya bernama Naisyilla Nurina Rahmawati (14). Proses pembuatannya memakan waktu dua bulan. “Saya buat platform-nya menggunakan perangkat lunak Content Management System (CMS) juga melibatkan teman saya untuk bagian desain tampilan gambarnya,” ucap Hafizh saat ditemui Kompas.com, Kamis (25/7/2019).
Tak menunggu lama, Hafizh lantas mengenalkan aplikasi ini melalui seminar online dengan para guru se-Indonesia yang difasilitasi oleh platfrom seamolec. Para guru langsung menyambut baik peluncuran aplikasi berbasis pembelajaran digital itu. Tak ayal, platform yang diberi nama Pintar Online ini langsung digunakan di 54 sekolah di seluruh Indonesia tanpa dipungut biaya. Kedua anak asal Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini berkeinginan agar adanya kesinambungan antara guru, murid dan orangtua lewat platform tersebut. Aplikasi cerdas itu difasilitasi sesuai kebutuhan guru dan siswa pada proses pembelajaran digital. Selain itu, orangtua pun dapat memantau perkembangan akademis anak bahkan absensi kehadiran di sekolah. “Saling berhubungan guru mata pelajaran, muridnya dan wali muridnya. Masing-masing mereka bisa kontrol anaknya bahkan bisa melihat perkembangan nilai dan absensinya,” katanya. “Bedanya, aplikasi ini guru yang input kontennya jadi kita sebenarnya menyediakan platform-nya maka dari itu sekolah harus berlomba bagaimana membuat konten terbaik buat anak-anak muridnya,” sambungnya.
Hafizh mengatakan, ide menciptakan platform itu berawal dari keinginannya untuk membantu belajar sang adik yang homeschooling. “Awal mulanya buat adik karena dia homeschooling, jadi ada ide gimana terapinya agar aksesnya bisa seperti area sekolah ada guru, wali murid sama murid sehingga dicoba-coba buat platform learning ini,” terangnya. Hafizh menyebut, isi konten yang ada di dalam web https://www.pintar.online seperti sekolah pada umumnya. Namun, yang membedakannya jenjang pendidikannya. “Konten untuk SD cuman dibatasi enam ada ilmu agama, PPKN, matematika, IPA, IPS, sama Bahasa Indonesia. Kalau untuk SMA, SMP kontennya enggak dibatasi tergantung wali kelas dan guru mapelnya yang buat,” ujarnya. Ia berharap, dengan adanya aplikasi tersebut ekosistem pendidikan dapat menjadi salah satu upaya dalam pemerataan akses pendidikan di Indonesia
SOURCE:
KOMPAS